Pemkab Tanah Bumbu

Gus Muwafiq Soroti Fenomena Era Millenial

apahabar.com, BATULICIN – KH Ahmad Muwafiq menyoroti fenomena millenial di tengah problematika umat Islam di Indonesia….

Gus Muwafiq saat mengisi Ngaji Kebangsaan di Masjid Nurul Hidayah, Jalan Pesantren, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu. Foto-apahabar.com/Puja Mandela

apahabar.com, BATULICIN – KH Ahmad Muwafiq menyoroti fenomena millenial di tengah problematika umat Islam di Indonesia. Ia menyebut, saat ini ada fenomena sebagian umat Islam yang cenderung melupakan ulama.

“Itu karena kemudahan informasi. Orang bisa langsung baca hadis Bukhari. Tapi, jalurnya lepas dan melupakan ulama. Padahal, kelas kita cuma muridnya ulama,” ujar Gus Muwafiq Ngaji Kebangsaan di Masjid Nurul Hidayah, Jalan Pesantren, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Sabtu (2/1/3019).

Ia juga menilai karena fenomena “Syekh Google”, sebagian umat Islam jadi makin cerewet. Gus Muwafiq menyebut orang-orang seperti itu mudah mencari ilmu, tetapi tak punya akhlak.

Oleh karena itu, ia meminta umat Islam di Tanah Bumbu tidak melupakan peran ulama. Ia meminta umat Islam tetap menghormati para ulama dan tidak merasa melebihi ilmu para ulama.

“Itulah kenapa ulama zaman dahulu membentuk Nahdatul Ulama. Itu agar kita selalu menghormati dan mengikuti ulama,” katanya.

Masalah kebangsaan juga menjadi sorotan Gus Muwafiq. Ia mengatakan, kebudayaan nusantara memiliki kaitan erat dengan kebudayaan bangsa lain. Satu contohnya adalah menara masjid yang asalnya dari kebudayaan masyarakat Majusi di Persia.

Ia menjelaskan bahwa sejak Rasulullah lahir, dunia sudah memiliki peradaban yang beragam. Di nusantara, misalnya, saat Nabi Muhammad lahir, sudah memiliki peradaban yang maju.

Oleh karena itu, kepada bangsa-bangsa tersebut, Rasulullah mendakwahkan Islam dengan ramah dan penuh strategi. Apalagi, saat itu ada tiga kelompok yang besar yakni Yahudi, Nasrani, dan suku Arab yang masih menganut paganisme.

Baca Juga:Gus Muwafiq: Negara yang Tidak Menghargai Perempuan Pasti Terbelakang

“Nasrani dan Yahudi itu nabinya punya banyak mukjizat, sementara Nabi Muhammad tidak punya kesaktian. Beliau dilempar batu, kakinya berdarah. Tapi justru di situ, titik balik peradaban manusia. Dan Nabi Muhammad sudah membangun peradaban yang berbeda,” katanya.

Gus Muwafiq juga menyentil tentang sebagian kelompok yang sering kali mempersoalkan jenggot dan celana isbal.

Ia menjelaskan, aturan soal jenggot dan isbal dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat di masa lalu. Bangsa Yahudi di Madinah, misalnya, suka memanjangkan jenggot dan kumis.

Lalu, untuk membedakan umat Islam dengan Yahudi, Nabi Muhammad memerintahkan umat Islam memanjangkan jenggot, tapi mencukur kumis untuk membedakan dengan kelompok Yahudi.

Ia juga menjelaskan sejarah Islam masuk ke nusantara yang dibawa oleh Syekh Jumadil Kubro, lalu diteruskan oleh para Wali Songo hingga sampai ke tanah Banjar.

“Ketika Rasulullah bertemu dengan bangsa berbeda, Rasulullah cuma berbekal ajaran Allah bahwa manusia adalah bentuk terbaik. Itu tidak diketahui oleh bangsa lain saat itu. Mereka tidak punya konsep. Mereka cuma yakin orang terbaik, ya, mereka sendiri,” jelasnya.

Ia menyebut umat Islam harus bersyukur tinggal di Indonesia. Sebab, Indonesia adalah negara yang sudah sangat islami. Di Indonesia, kata Gus Muwafiq, umat Islam dibebaskan beribadah. Lalu, belakangan ada yang mengatakan negeri Indonesia adalah negara thogut. Gus Muwafiq mengaku tak sepakat dengan hal tersebut.

“Indonesia ini sudah sangat islami,” tukasnya.

Baca Juga:Safari Dakwah ke Tanbu, Besok Gus Muwafiq Isi Ngaji Kebangsaan di Tiga Tempat Ini

Reporter: Puja Mandela
Editor: Aprianoor