Guru yang Terobos Hutan Selama 7 Jam Kembali Dapat Bantuan Polisi

Aksi solidaritas sekaligus peduli terhadap perjuangan seorang guru honorer di Kecamatan Hampang, Kotabaru kembali ditunjukkan Kapolsek setempat.

Oleh Masduki
Kapolsek Hampang Kotabaru kembali memberikan bantuan kepada guru honor yang rela menerobos hutan demi mengajar. Foto-IPDA Sidiq for apahabar.com

apahabar.com, KOTABARU - Aksi solidaritas sekaligus peduli terhadap perjuangan seorang guru honorer di Kecamatan Hampang, Kotabaru kembali ditunjukkan Kapolsek setempat Ipda Sidiq Martujet.

Sebelumnya, perwira polisi satu ini telah menyalurkan bantuan berupa seragam sekolah kepada para pelajar alias anak didik Dulatif, yang rela menerobos hutan hingga 7 jam jalan kaki menuju sekolah.

Teranyar, bantuan berupa perlengkapan sekolah berupa tas dan alat tulis pun kembali diserahkan Kapolsek melalui Adul Juhu sapaan akrab guru hebat satu ini.

Kapolres Kotabaru AKBP HM Gafur Aditya Siregar melalui Kapolsek Hampang Ipda Sidiq Martujet mengatakan pemberian bantuan merupakan wujud kepedulian terhadap para pelajar pedalaman di wilayahnya.

Menurutnya, perjuangan Adul Juhu memang harus mendapatkan apresiasi dan diharapkan bantuan dapat memberikan semangat tersendiri untuk para anak didiknya mengenyam pendidikan layaknya pelajar seusianya.

"Intinya, saya merasa berasal dari anak pedalaman Kotabaru, dan saya sangat kagum, bangga atas semangat serta perjuangan Adul Juhu ini. Semoga secuil bantuan ini bisa bermanfaat," harap Sidiq, eks Kapolsek Karang Bintang ini, Rabu (1/12).

Diwartakan apahabar.com sebelumnya, guru honorer di Hampang Kotabaru yang berjalan selama 7 jam menerobos hutan ini sempat dicari polisi setempat. Dia dicari bukan karena terlibat kasus kriminal, melainkan ada anggota kepolisian yang bersimpati dengan perjuangannya.

Adul Juhu rela menempuh 7 jam perjalanan menerobos hutan demi mengajar anak-anak di pedalaman. Menariknya, ia bukan guru PNS yang digaji lumayan, tapi hanya guru honorer dengan gaji pas-pasan.

Pria berusia 26 tahun ini merupakan guru honorer kelas jauh, tepatnya di RT 2 Juhu Bincatan Desa Muara Urie, Kecamatan Hampang, Kotabaru, Kalsel.

Sementara Juhu Bincatan sendiri merupakan kawasan pedalaman di pegunungan Meratus dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Menuju tempat mengajar Adul Juhu bukan melintasi jalan datar semata, akan tetapi harus menanjak bukit hingga menuruni lembah.

Selain itu ia juga dipaksa harus pula melintasi banyak sungai dan jembatan darurat yang terbuat dari bambu. 

Kalau tidak tersedia jembatan dia mesti rela pakaian yang dikenakannya basah terendam air sungai.

Setiap kali berangkat, Adul Juhu berbekal dengan tas lanjung. Oleh karena bekal itu untuk beberapa hari dipastikan bobot lanjung itu mencapai puluhan kilogram.

Meski demikian, semangatnya tetap membara. Selepas lulus kuliah kependidikan kesempatan mengajar di kelas jauh atau cabang sekolah induk ia terima dengan ikhlas.

Di sekolah jauh itu, Adul Juhu sendiri mengajar sebanyak 10 orang siswa kelas I hingga kelas V. Sedangkan siswa kelas VI biasanya melanjutkan ke sekolah induk.

Ironisnya, perjuangan Adul Juhu ini dinilai tidak sepadan dengan pendapatan. Sebab, ia hanya menerima honor Rp800 ribu perbulan dari pemerintah.

Belakangan, perjuangan Adul Juhu ini banyak mendapatkan simpati dari berbagai kalangan untuk membantunya.

Baca Juga: Guru Honorer di Hampang Kotabaru yang Berjalan 7 Jam Terobos Hutan Dicari Polisi