Religi

Guru Ibad, Orang Dibalik Ditariknya Peredaran “Buku Kerohanian”

apahabar.com, BANJARMASIN – Buku kerohanian (agama non Islam) sempat beredar di sekolah-sekolah pada masa orde baru….

KH Badruddin. Foto – istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Buku kerohanian (agama non Islam) sempat beredar di sekolah-sekolah pada masa orde baru. Para ulama pun gempar sekaligus bingung, bagaimana harus menghentikan peredaran buku yang tak tepat sasaran itu.

Hingga mereka menemukan sosok yang tepat, sang pembawa aspirasi umat, yakni KH Badruddin yang kala itu menjabat sebagai anggota DPA RI.

Diceritakan KH Syaifuddin Zuhri -orang yang di masa mudanya kerap mengiringi KH Badruddin berdakwah-, kala itu Mantan Ketua PBNU KH Idham Chalid mengeluhkan tersebarnya buku kerohanian di sekolah-sekolah dasar. Padahal tidak semua sekolah dasar yang mendapat buku tersebut menganut agama itu. Karenanya, beliau pun memutar otak, mencari jalan agar bisa menghentikan peredaran buku tersebut.

Akhirnya, KH Idham Chalid menemukan sosok yang tepat untuk menyampaikan aspirasi itu. Beliau adalah KH Badruddin, ulama karismatik asal Martapura Kalimantan Selatan yang dikenal berani dan tegas dalam bersikap.

Oleh KH Idham Chalid, KH Badruddin dibujuk untuk menyampaikan protes terhadap kebijakan pemerintah yang tidak tepat sasaran di sidang DPA RI.

"Buatkan isi pidatonya," ucap Guru Ibad -KH Badruddin akrab dikenal- menyambut baik bujukan itu.

KH Idham Chalid pun menyuruh orang dekatnya membuatkan isi pidato yang dimaksud.

Setelah selesai, pidato tersebut benar-benar di sampaikan KH Badruddin di sidang DPA RI yang dihadiri mantan Presiden Soeharto. Sejak saat itu, buku kerohanian itu pun ditarik dari peredaran.

KH Badruddin adalah ulama karismatik yang berpolitik. Namun, karismanya tak luntur karena berkecimpung di dunia politik. Jabatan yang disandang beliau sangat banyak, di antaranya: Anggota MPR RI dua periode, Anggota DPA RI dua periode, Anggota Badan pertimbangan MUI Pusat, Ketua MUI Kalsel, Ketua LPTQ Kalsel, Wakil Ketua Umum Badan Kerja Sama Ulama Militer, dan banyak lagi yang lainnya.

Editor: Muhammad Bulkini