Megaproyek Food Estate

Guru Besar IPB Bongkar Sederet Kegagalan Food Estate

Guru besar Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa mengungkap seluruh megaproyek Food Estate yang pernah dikerjakan di Indonesia berakhir kegagalan.

Desakan penghentian Food Estate meluas seiring temuan kegagalan megaproyek yang diklaim untuk menciptakan kedaulatan dan ketahanan pangan. Foto: Dok. Greenpeace

apahabar.com, JAKARTA – Guru besar Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa mengungkap seluruh megaproyek Food Estate yang pernah dikerjakan di Indonesia berakhir kegagalan.

Dwi memaparkan setidaknya hingga saat ini sudah ada sebanyak lima megaproyek Food Estate yang menurutnya gagal.

Di antaranya Proyek Lahan Gambut 1 juta hektare tahun 1996, MIFEE 1,23 juta hektare tahun 2008, Food Estate Bulungan 300 ribu hektare tahun 2013, Food Estate Ketapang 100 ribu hektare tahun 2013, dan terkahir Rice Estate 1,2 juta hektare tahun 2015.

Baca Juga: Cara Instan Kedaulatan Pangan Itu Bernama Food Estate

Baca Juga: Petani Muda Semakin Langka, Food Estate Alamat Gagal

"Yang ada seluruh Food Estate di Indonesia gagal total tak ada yang berhasil," tepis Dwi pada CORE Economic Outlook 2024 di Jakarta, dikutip Rabu (24/1).

Pria yang juga aktif sebagai Research Associate CORE Indonesia tersebut menilai sederet megaproyek Food Estate yang gagal tersebut disebabkan karena dalam pengerjaannya melanggar kaidah-kaidah akademis.

Padahal, menurutnya dalam pengerjaan megaproyek Food Estate perlu memerhatikan empat pilar utama sebagai bahan pertimbangan. Di antaranya kelayakan tanah dan agroklimat, kelayakan infrastruktur, kelayakan sosial dan ekonomi, dan kelayakan teknologi.

Baca Juga: Impor 3 Juta Ton Beras, CORE: Pemerintah Serampangan!

Baca Juga: [CEK FAKTA] Gibran Sebut Indonesia Pernah Swasembada Pangan

Sebelumnya, calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02, Gibran Rakabuming menyebebut megaproyek Food Estate yang digarap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tak seluruhnya gagal.

Gibran mencontohkan Food Estate yang berjalan di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, menjadi salah satu proyek Food Estate yang berhasil.

“Gunung Mas itu tanah pasir bukan tanah berpasir. Bagaimana bisa tanaman tumbuh dengan baik? Lalu akhirnya supaya seolah-olah berhasil ditanam jagung, di dalam polybag,” jelas Dwi.