Angka Stunting Nasional

Good Job Bu Bidan...! Stunting Jatim di Bawah Standar Maksimal WHO

prevalensi stunting di Jawa Timur butuh percepatan untuk mencapai target 14%  di tahun 2024. Diketahui, berdasarkan data Suvei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahu

Angka stunting di Jawa Timur dilaporkan terus menurun. Bahkan di bawah angka standar organisasi kesehatan dunia atau WHO. Foto ilustrasi: Antara

apahabar.com, SURABAYA - Prevalensi angka stunting atau gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak di Jawa Timur (Jatim) menunjukkan tren positif. Bahkan dilaporkan berada di bawah standar maksimal organisasi kesehatan dunia (WHO). 

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pun memuji setinggi langit peran para bidan. Ia menekankan pentingnya peran bidan dalam upaya pencegahan stunting di 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Menurutnya, bidan merupakan sosok yang berada di garda terdepan yang dapat memberikan pendampingan, pengetahuan dan dukungan ke para ibu sejak kehamilan hingga bayi berusia lima tahun.

Baca Juga: 5 Jurus Jitu Kemenkes Cegah Stunting di Indonesia

Hal itu disampaikan Khofifah saat memberikan pengarahan dalam Program Edukasi 1.000 Bidan dan Intervensi Stunting bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Dyandra Convention Center Surabaya, Sabtu (11/2).

"Ada tugas besar yang harus kita tuntaskan. Ini tugas di antara kita semua. Harus terbangun sinergi yang sangat bagus antar-pihak. Bidan berada di posisi yang tepat untuk mengemban peran ini," ujarnya.

Yang menjadi penting menurut orang nomor satu di Jatim itu, para bidan dapat memberi penyuluhan terkait pola asuh yang benar bagi para ibu. Apabila para ibu mengonsumsi nutrisi yang cukup dengan pola hidup sehat, serta anak diasuh dengan penuh kasih sayang serta gizi tercukupi, maka risiko stunting dapat dihindari atau bahkan dihilangkan.

"Bidan ini peranannya sangat signifikan dalam penurunan angka stunting pada anak. Bidan adalah garda terdepan, ujung tombak tenaga kesehatan. Mereka-lah yang selalu mendampingi para ibu, baik semenjak awal kehamilan sampai sang anak mencapai usia lima tahun," katanya.

Baca Juga: Menteri Kesehatan Ibaratkan Stunting dengan Kanker: Susah Sekali Diperbaiki

Prevalensi stunting di Jawa Timur butuh percepatan untuk mencapai target 14 persen di tahun 2024. Berdasar data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, saat ini tingkat stunting Jatim berada di angka 19,2%.

Apalagi, dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, sasaran prioritas upaya percepatan pencegahan stunting menyasar kelompok prioritas yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan, atau disebut rumah tangga 1.000 Hari Pasca-Kelahiran (HPK).

Ilustrasi kondisi anak yang mengalami stunting atau pertumbuhan tubuh yang tidak optimal akibat kurang gizi. Foto: Halodoc.

Kelompok ini secara rutin bertemu dengan para bidan untuk memantau kesehatan sang anak. Karenanya, gubernur perempuan pertama Jatim itu menekankan efektifnya intervensi para bidan dalam menurunkan angka stunting. Hingga mencapai target Presiden Jokowi, yaitu 14 persen pada 2024 mendatang.

"Di tiap kegiatan kami, Pemprov Jatim seringkali mengundang ibu hamil dan anak-anak untuk menerima penyuluhan dan bantuan gizi. Kami juga selalu menekankan pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak. Angka 14% ini bukan sekadar target, tapi menentukan masa depan bangsa," ungkapnya.

Baca Juga: Angka Stunting DKI Jakarta Turun 14 Persen, Pj Heru Kebut Melalui Sosialisasi

Di akhir, Khofifah pun menyampaikan apresiasinya kepada para bidan yang selama ini telah turun tangan dalam upaya penurunan stunting. Tak hanya membuka program ini, Gubernur Khofifah pun menyerahkan penghargaan untuk Dinas Kesehatan dan Ikatan Bidan Kabupaten/Kota Terbaik dalam Upaya Penurunan Stunting didampingi Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati.

Tanda apresiasi tersebut diterima oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Dinas Kesehatan Situbondo, dan Dinas Kesehatan Sidoarjo. Diikuti dengan penerima apresiasi kategori bidan kabupaten atau kota terbaik di Jatim dalam kontribusinya mencegah stunting, yaitu Ruwani asal Gresik, Eny Widiyasari, dan Vinsentia Ismijati asal Kota Surabaya.

"Stunting harus dipangkas untuk menciptakan generasi yang berkualitas. Keikhlasan panjenengan untuk menciptakan generasi yang sehat bebas stunting akan menjadi amal jariyah panjenengan semua," katanya.

Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo menegaskan pentingnya peran bidan dalam penurunan stunting. Karena bidan dalam mendampingi dan memberikan penyuluhan pada ibu hamil, tingkat stunting di Jawa Timur saat ini bisa turun di bawah 20%.

"Ada yang bilang bidan bukan segalanya, tapi tanpa bidan BKKBN bukan apa-apa," jelasnya.

Jatim, sebut dia, mengalami penurunan yang sangat signifikan. Yaitu turun 4,2% menjadi 19,2% pada tahun 2022 atau di bawah 20% dari sebelumnya. Sedang WHO sendiri mengamanahkan bahwa masimal angka stunting adalah 20%.

"Sebagai provinsi yang angka stunting-nya besar, tapi bisa turun di bawah 20%, saya rasa ini perkembangan besar," pujinya.

Baca Juga: Stunting Mengancam Anak dari Berbagai Level Ekonomi

Presiden Direktur Dexa Medika V Hery Sutanto mengatakan bahwa sinergi antara banyak pihak, terutama pemerintah dan swasta, akan sangat berpengaruh bagi tingkat edukasi serta literasi seputar stunting.

Pihaknya optimistis bersama Pemprov Jatim dan BKKBN akan dapat berkontribusi dalam kesehatan ibu hamil dan generasi mendatang.

"Dukungan dan peran swasta juga diperlukan dalam upaya ini. Kita akan terus melanjutkan upaya-upaya penurunan stunting ini sesuai dengan arahan BKKBN dan ibu gubernur," pungkasnya.