News

Gerakan Literasi Film: Forum Sineas Banua Siap Luncurkan Pustaka FSB

apahabar.com, BANJARMASIN –Gerakan memajukan perfilman lokal terus dilakukan para sineas di Kalimantan Selatan. Tidak sedikit karya…

apahabar.com, BANJARMASIN –Gerakan memajukan perfilman lokal terus dilakukan para sineas di Kalimantan Selatan.

Tidak sedikit karya baru dirilis setiap tahunnya. Kegiatan pemutaran film hingga ajang eksebisi -sebagai bentuk apresiasi- pun kerap digelar.

Beragam upaya tersebut dilakukan untuk menjaga ekosistem perfilman di Kalsel terus berjalan di jalurnya. Hanya saja, kerja-kerja tersebut belumlah cukup.

Forum Sineas Banua (FSB) bakal merilis satu lagi program. Diberi nama Pustaka FSB, platform ini akan mengisi kosongnya kerja pengarsipan dan pengkajian film yang juga bagian penting dari ekosistem perfilman.

Ketua FSB, Munir Shadikin, mengatakan bentuk dari program ini adalah penyediaan berbagai judul buku-buku film, mulai dari sekadar katalog berbagai festival film, ensiklopedia film populer, pengetahuan praktis pembuatan film, kajian film dari berbagai sudut pandang keilmuan hingga skripsi tentang perjalanan Forum Sineas Banua itu sendiri.

Selain itu, terdapat film-film karya sineas se-Kalimantan yang telah dikumpulkan sejak 2017 hingga sekarang melalui berbagai kegiatan apresiasi dan ekshibisi seperti, "Ngofi (Ngobrol FIlm)", "Layar Film Banjar", "Aruh Film Kalimantan" dan beberapa kompetisi video atau film yang pernah melibatkan individu maupun keseluruhan dari Forum Sineas Banua.

“Aneka buku dan film tersebut dapat diakses melalui Sekretariat Forum Sineas Banua secara percuma sebagai upaya meningkatkan literasi film di Kalimantan Selatan,” katanya.

Apa itu Literasi Film?

Literasi film dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk memahami apa yang ada di dalam sebuah sinema. Sehingga, hal tersebut dapat digunakan sebagai aspek untuk menghubungkan konteks yang dibawa film dengan sekitar kita, mulai dari produk budaya populer yang dipertontonkan, simbol budaya yang menonjol dalam film.

Selain itu, literasi film juga digunakan untuk memahami bagaimana struktur ekonomi dan politik yang coba digambarkan oleh sang produser.

"Dengan meningkatnya literasi film, diharapkan dapat meningkatkan pula kualitas estetika karya para sineas, apresiasi yang lebih bermanfaat dari berbagai pihak, bahkan secara luas tidak hanya mampu dapat membuat ekosistem film lebih sehat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif Kalimantan Selatan," pungkasnya.