Hot Borneo

Gelar Record Store Day 2022, Musisi Tanah Bumbu Bakal Bikin Sejarah Baru

apahabar.com, BANJARMASIN – Record Store Day 2022 bakal diperingati di Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Event…

Tanah Bumbu Record Store Day akan digelar pada 23 April 2022. Foto-Ist

apahabar.com, BANJARMASIN – Record Store Day 2022 bakal diperingati di Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Event yang dilaksanakan setiap 23 April di seluruh dunia itu akan diisi dengan sejumlah acara, dari mendengarkan karya musisi lokal, diskusi, hingga jam sessions.

Di Batulicin, event ini digagas oleh sejumlah musisi, jurnalis, dan penikmat musik. Sebut saja Richie Petroza, Puja Mandela, Ridwan Arifianto, Deddy Rahmat, Dhinar Aryo, dan para personel Primitive Monkey Noose. Dua nama pertama bahkan terus melestarikan rilisan fisik melalui kaset pita dan compact disk (CD) milik musisi dalam dan luar negeri.

“Dengan menggelar Record Store Day, ini akan menjadi sejarah baru bagi Batulicin,” kata Puja Mandela, jurnalis sekaligus penikmat musik, Rabu (13/4).

Di Kalsel, kata dia, Record Store Day biasanya hanya dilangsungkan di Banjarmasin. Dengan ikut berpartisipasinya Batulicin pada event ini, tentu akan menambah semarak lagi perayaan Record Store Day yang pertama kali dilangsungkan pada 2007.

“Dan yang terpenting itu juga menunjukkan bahwa Batulicin punya potensi yang besar di bidang musik. Di sini musisinya ada, yang memproduksinya ada, dan penikmatnya juga banyak,” katanya.

Rencananya, Tanah Bumbu Record Store Day 2022 akan digelar di Nature Cafe Batulicin. Sejumlah karya musisi lokal seperti akan diperdengarkan di event ini. Tak hanya itu, diskusi seputar produksi musik juga akan menghadirkan dua nama: Prima Yuda Prawira sebagai produser dan Primitive Monkey Noose yang karyanya baru saja dirilis oleh Sony Music Entertainment Indonesia.

Sejumlah musisi lokal juga bakal ikut ambil bagian, di antaranya Ernavecx, Senja Djingga, Uniqly, dan Karengkang.

Menjaga Eksistensi Rilisan Fisik

Dalam sejarahnya, Record Store Day digelar untuk mendukung rilisan fisik dan pelaku yang beririsan dengan perkembangan rilisan fisik, seperti records store, kolektor, dan para penikmat rilisan fisik.

“Yang mungkin terdengar naif, di tengah gempuran rilisan digital, di tengah era serba gampangan mau apa-apa. Tapi, ini bisa jadi kelebihan sekaligus kekurangan. Musisi tidak lagi menghargai karyanya, penikmatnya pula tidak lagi mengagumi karya musik. Karena dipermudah segala sesuatunya, seperti pepatah, easy come easy go,” jelas Richie.

“Nah, rilisan fisik adalah sebuah monumen terhadap karya, selayaknya candi-candi, tugu-tugu yang menjadi identitas sebuah daerah. Rilisan fisik adalah penanda, bahwa karya musik itu pernah ada dan menjadi penanda,” sambung dia.

Membangun Ekosistem Musik

Melalui Tanah Bumbu Record Store Day 2022, penikmat musik di Batulicin berupaya membentuk ekosistem permusikan di Tanah Bumbu, memberikan edukasi bagaimana seharusnya perlakuan musisi dan penikmatnya terhadap karya musik.

“Ini seperti 'tugas mulia' bagi kami yang hidup dan bermusik di Tanah Bumbu. Nyatanya, acara ini didukung secara kolektif oleh para pelaku dan penikmat musik yang ada di Tanah Bumbu, menggunakan etos gotong royong dan tanpa pamrih untuk terlaksananya acara ini,” jelas Richie.

Menurut dia, acara yang bersifat kolektif penting dilakukan sekaligus menjadi salah satu solusi bagi terbentuknya eksosistem permusikan di Tanah Bumbu, saling dukung antar sesama musisi, penikmatnya dan orang-orang di sekitarnya.

“Jujur, kita jauh tertinggal dibanding kota lain, ya, secara komunitas musiknya yang belum terbentuk. Tujuan bermusik para musisi Batulicin saat ini, masih hanya sebatas mencari nafkah dari hasil meng-komersilkan karya orang lain. Jikapun berkarya, hanya sebatas berkarya tanpa mengerti harus ngapain setelahnya. Jujur, hal seperti itu tak mengapa. Hal yang wajar,” sebut dia.

Oleh karenanya, melalui Record Store Day ini, pihaknya mencoba memberikan alternatif baru bagi musisi di Tanah Bumbu dan para pelaku serta penikmatnya-walaupun ini bukan sesuatu hal yang baru- namun di kota ini, pergerakan seperti ini terbilang baru dan masih sulit dipahami, walaupun oleh musisinya sendiri.

“Ya, Batulicin harus membentuk ekosistem bermusiknya, jika ingin karyanya dihargai dengan lebih baik,” katanya.

Penulis dan pengamat musik, Indra Menus, berkata gelaran Records Store Day penting sebagai salah satu jembatan bertemunya ekosistem yang ada di musik. Mulai dari para musisi, records label, toko musik, distribusi juga penikmat dan kolektor rilisan.

“Semoga dengan adanya Record Store Day yang pertama di Batulicin ini, ekosistem musiknya makin solid. Dan ingatlah sebuah pepatah kuno ‘lebih baik membeli rilisan daripada menyesal nggak jadi beli!” ucapnya.