Tak Berkategori

Gaya Hidup Milenial Bukan Alasan Sektor Ritel Lesu

apahabar.com, JAKARTA – Gaya hidup generasi milenial berlibur atau traveling bukan alasan utama yang membuat sektor ritel di…

Gaya hidup generasi milenial. Foto-Kumparan

apahabar.com, JAKARTA - Gaya hidup generasi milenial berlibur atautravelingbukan alasan utama yang membuat sektor ritel di negeri ini lesu.

Hal itu diungkapkan Consultant The Nielsen Indonesia, Yongky Susilo dalam acara pertemuan Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) dengan pengusaha ritel, di hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta.

Diakui belakangan bisnis ritel mengalami penurunan. Bahkan ada pengusaha ritel yang harus menutup gerainya.

Menurut Yongky, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang harus diperkuat untuk mendorong konsumsi masyarakat agar sektor ritel bisa kembali bergerak. “Banyak disalahkan (pola konsumsi) milenial tapi saya punya catatannya bahwa ekonominya yang harus di-boost,” kata Yongky seperti ditulis Vivanews.com.

Untuk itu, dia menyarankan, pada periode kedua Presiden Jokowi harus ada upaya khusus mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, Jokowi sudah menyatakan tak mempunyai beban apa-apa lagi di periode kedua ini. “Makanya tim ekonomi harus kuat,” katanya.

Dia menegaskan, ekonomi Indonesia yang saat ini masih lesu adalah penyebab lesunya industri ritel. “Ya karena ekonominya,growthekonominya kan turun. Itu enggak bisa dielakkan,” ujarnya.

Dia menambahkan, proporsi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 56 persen, sedangkan investasi 30 persen. Untuk itu, menurut dia, selain investasi, Jokowi harus serius mendorong konsumsi masyarakat.

“Cara dorong konsumsi apa? Saya jelaskan bahwa kelas menengah bawah perlupurchase power(daya beli). Artinya apa, kasih kerjaan supaya dia bisa dapat duit banyak,” ujarnya.

Dia mengingatkan, pemerintah sudah punya programcash for workhingga bantuan sosial yang harus dipastikan cepat sampai ke tangan konsumen. Selain itu, lapangan pekerjaan juga harus dipastikan tersedia agar masyarakat kalangan menengah bawah segera mendapat pekerjaan.

“Yang penting itu adalah ciptakan pekerjaan. Nah,job creatorterbesar adalah swasta, makanya untuk swasta berusaha dibuat suasana usaha yang positif. Izinnya dipercepat jangan diganggu, dikasih semangat, dikasih kesempatan, buka ekspor, buka distribusi ke dalam negeri,” tuturnya.

Baca Juga:Senin Pagi Rupiah Melemah Tipis 0,6%

Baca Juga:Ekspor Sarang Burung Walet ke China Dikuasai Pengusaha Asal Kalimantan

Editor: Syarif