Kalsel

Gas di Badandan Batola Disinyalir Hanya Terperangkap

apahabar.com, MARABAHAN – Berdasarkan hasil analisis sementara, gas yang muncul dari sumur bor di Desa Badandan,…

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Selatan sudah memeriksa sumur bor yang mengeluarkan gas di Desa Bandandan. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Berdasarkan hasil analisis sementara, gas yang muncul dari sumur bor di Desa Badandan, Kecamatan Cerbon, diduga bersifat perangkap.

Masyarakat Badandan dibikin heboh, karena usaha pengeboran tanah untuk mencari air, malah mengeluarkan gas.

Gas tersebut ditemukan pekerja pengeboran di RT 01, ketika pompa air dihidupkan, Jumat (29/12). Setelah dipantik dengan korek, gas yang keluar cukup besar.

Ternyata dalam pengeboran kedua yang berjarak sekitar 200 meter dari titik pertama, juga ditemukan kandungan gas. Namun letupan gas yang dihasilkan tidak terlalu besar.

Kemudian di RT 02, satu titik pengeboran juga mengeluarkan gas. Sama seperti titik kedua, gas yang keluar juga tidak terlalu besar.

“Asalkan dipantik dengan korek, gas tersebut bisa menghasilkan api. Ini yang membuat kami tidak mengkhawatirkan gas tersebut bisa menyala sendiri,” papar Ketua RT 02, H Barnawi, Senin (2/11).

“Kedalaman pengeboran yang mengeluarkan gas ini sekitar 20 meter. Sebelumnya ketika dibor sedalam 40 meter, air yang keluar berasa asin,” imbuhnya.

Kemunculan gas di Badandan membuat Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Selatan, langsung mengirimkan tim pemantau.

Berdasarkan perkiraan sementara, gas tersebut merupakan Coal Bed Methane (CBM) yang biasa ditemukan di daerah rawa gambut.

CBM sendiri merupakan gas yang terperangkap dalam batu bara, mirip seperti balon dalam tanah. Kondisi tersebut mengakibatkan gas tidak berada di sepanjang lapisan tanah.

Pun lokasi CBM berpisah-pisah, seiring perkembangan proses coalifikasi atau pembentukan gambut menjadi batu bara.

“Memang CBM banyak terperangkap di daerah rawa gambut. Sebelum menjadi batu bara, material inorganik dan organik gambut mengeluarkan gas. Hanya gas itu terperangkap dan baru bisa keluar dari celah bumi bersama air,” jelas Sutikno, Kabid Energi Dinas ESDM Kalsel.

“Ini sama seperti pengeboran air tanah yang menghasilkan air asin. Bukan disebabkan intrusi, melainkan air laut yang terendap dalam tanah selama jutaan tahun,” samabungnya.

Namun demikian, gas yang muncul di Badandan diperkirakan masih relatif kecil lantaran baru dapat terangkat menggunakan pompa air. Sementara kandungan gas yang lebih besar tidak membutuhkan pantikan korek untuk menyala.

“Sama seperti di Barambai beberapa tahun lalu, gas ini belum memenuhi nilai ekonomis seandainya dieksploitasi. Kalau masih keluar, mungkin dapat digunakan warga sekitar,” beber Sutikno.

“Kendati demikian, temuan ini tetap dilaporkan Kepala Dinas ESDM Kalsel kepada Dirjen Migas selaku pengelola. Sesuai dengan Undang-Undang, hulu hilir migas dikelola Pemerintah Pusat,” sambungnya.

Terlepas dari apapun hasil kajian Dirjen Migas selanjutnya, Batola memang memiliki potensi gas yang cukup besar lantaran beberapa kecamatan berada dalam Cekungan Barito. Tetapi masih dibutuhkan beberapa tahun untuk pematangan.

“Sekarang kami berharap masyarakat Batola berhati-hati mengebor tanah, demikian pula warga di sekitar sumur bor di Badandan,” tandas Sutikno.

Baca Juga: Per Oktober 2019, Nilai Ekspor Kalsel Meningkat

Baca Juga: Sering Macet, Ruko Dekat Jembatan Antasan Kecil Timur II Akhirnya Dibongkar