Pengembangan Baterai EV

Gandeng CTAL dan LGES, IBC: Pengembangan Baterai EV Rampung 2026

Indonesia Battery Corporation (IBC) memastikan proyek pengembangan baterai kendaraan listrik rampung tahun 2026.

Honda siapkan teknologi untuk stabilkan jaringan listrik saat isi ulang baterai EV. Foto: dok. Honda

apahabar.com, JAKARTA - Indonesia Battery Corporation (IBC) memastikan proyek pengembangan baterai kendaraan listrik akan rampung di tahun 2026. Untuk mewujudkannya, IBC berkolaborasi dengan Contemporary Ampere Technology Co. Limited (CATL) dan LG Energy Solutions (LGES). 

IBC selaku perusahaan patungan dari empat BUMN, yakni Holding BUMN Industri Pertambangan (MIND ID), lalu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) telah bertekad mempermudah pengguna motor listrik melalui upaya standardisasi perangkat baterai.

Sekretaris Perusahaan IBC Muhammad Sabik menjelaskan, pihaknya berkomitmen menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil baterai kendaraan listrik melalui hilirisasi baterai terintegrasi.

"Hingga saat ini proses penjajakan tengah masuk ke dalam tahap pendalaman serta kelayakan kerja sama mulai dari industri hulu hingga hilir," kata Sabik, di jakarta, dikutip Senin (10/4).

Baca Juga: Percepatan Kendaraan Listrik, Pengamat: Bukan Baterai Berbasis Nikel

Pelaksanaan pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik yang terintegrasi itu akan dimulai pada akhir tahun 2023. "Kemudian proyek itu ditargetkan rampung secepatnya pada tahun 2025 atau 2026," jelasnya.

Sebagai produsen nikel terbesar di dunia, pengembangan industri baterai kendaraan listrik akan memanfaatkan potensi nikel dan bahan baku baterai lainnya.

"Hilirisasi ini dimulai dari pemurnian dan pengolahan nikel, prekursor dan katoda, dan baterai sel hingga daur ulang baterainya," lanjutnya.

IBC yang merupakan perusahaan milik BUMN itu memiliki kepemilikan saham dari masing-masing anak usaha sebesar adalah 25%. Untuk investasi pengembangan industri baterai kendaraan listrik IBC besarannya mencapai Rp217 triliun.

Baca Juga: Industri Baterai Belum Siap, Kendaraan Listrik Tingkatkan Nilai Impor

Secara khusus, investasi baterai kendaraan listrik IBC terdiri dari investasi untuk pertambangan sebesar Rp4,6 triliun, investasi proyek smelting dan refining Rp94,25 triliun.

Sementara investasi untuk produksi prekursor dan katoda senilai Rp34,8 triliun, dan investasi untuk sel baterai mencapai Rp59,45 triliun. 

Selain itu, masih ada investasi untuk daur ulang (recycling) sebesar Rp0,4 triliun dan investasi untuk energy storage system Rp 0,6 triliun.