Transisi Energi

Gagasan Energi Gibran, 350.Org: Ancam Keberlanjutan Transisi Energi

350.org Indonesia menilai gagasan Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka tentang energi sangat berbahaya bagi agenda transisi energi.

Proses penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS), solusi penting meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) nasional juga mencapai target penurunan emisi karbon, diunduh, Senin, 6 Februari 2023. Foto: IOGP/Tangkapan Layar/

apahabar.com, JAKARA – 350.org Indonesia menilai gagasan calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka tentang energi sangat berbahaya bagi keberlanjutan agenda transisi energi di Indonesia.

"Bagaimana tidak, di dua kali debat Gibran terus mempromosikan Carbon Capture Storage (CCS). Seolah itu merupakan solusi bagi transisi energi," ujar Firdaus Cahyadi, team lead interim 350.org Indonesia kepada apahabar.com, Selasa (23/1).

CCS, menurut Firdaus Cahyadi, tak lebih dari solusi palsu transisi energi. Itu karana CCS justru memperpanjang penggunaan energi fosil.

“Akibatnya, penggunaan teknologi CCS ini akan menghalangi pengembangan energi terbarukan," paparnya.

Baca Juga: [VIDEO] Jokowi Apresiasi Exxon di Petrokimia Hijau dan Fasilitas CCS

Laporan Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), kata Firdaus Cahyadi, juga mengungkapkan bahwa kemampuan CCS untuk memberikan pengurangan emisi yang berarti dalam dekade berikutnya sangatlah rendah, sementara biayanya akan sangat tinggi.

“Dengan biaya yang tinggi itu, harusnya investasinya langsung diarahkan ke pengembangan energi terbarukan,” jelasnya.

Gagasan energi Gibran lainnya yang membahayakan transisi energi berkadilan adalah pengembangan energi hijau berbasis sawit.

Jika hal itu dilakukan secara ugal-ugalan akan menyebabkan peningkatan alih fungsi hutan menjadi perkebunan skala besar. Yang terjadi justru menambah emisi GRK di atmosfer.

Baca Juga: Terbitnya Regulasi CCS/CCUS, Tekan Emisi Industri Migas

“Bukan hanya itu, ekspansi sawit yang ugal-ugalan akibat program energi hijau ini juga berpotensi meningkatkan konflik agraria dengan masyarakat adat dan lokal," terangnya.

Firdaus Cahyadi menambahkan, "Dari sini jelas transisi energi tidak akan berkeadilan meskipun diberikan label hijau.”

Berkaca dari hal itu, 350.org Indonesia mendesak pasangan tim Prabowo-Gibran merevisi program energi hijaunya dan berhenti mengkampanyekan CCS.

“Kita semua tidak ingin agenda transisi energi berkadilan di Indonesia berantakan hanya karena program energi hijau dan CCS dari Prabowo-Gibran,” tandasnya.