Gaet Selebgram, Pedagang Kacang di Banjarbaru Raup Omzet Ratusan Juta

Hanya dengan menjual kacang goreng, Nila Shaufa (42), pelaku UMKM binaan BRI di Martapura mampu meraup omzet ratusan juta per tahun.

Nila Shaufa (42), pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Martapura. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN - Hanya dengan menjual kacang goreng, Nila Shaufa (42), pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) binaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) di Martapura, Kabupaten Banjar, mampu meraup omzet ratusan juta per tahun.

Meski begitu, perjuangannya tak semudah membalikkan telapak tangan.

Produk dengan merek Kacang Bumbu "Bu Nani" itu sempat vakum selama 10 tahun.

Hal tersebut lantaran sang owners yang merupakan ibu dari Nila Shaufa menghembuskan napas terakhir pada 2006.

"Merek 'Bu Nani' itu diambil dari nama ibu saya. Beliau mendirikan usaha ini pada 1990," ucap Nila Shaufa kepada apahabar.com, Minggu (7/5) sore.

Kacang Bumbu "Bu Nani". Foto-Istimewa

Awalnya ia belum kepincut untuk melanjutkan bisnis tersebut.

Bahkan ia memilih membuka bisnis baru, yakni rumah makan.

Namun sayang, ia belum beruntung.

"Sebanyak dua kali saya membuka rumah makan, dan semuanya gagal," katanya.

Sampai ketika, ia mengaku ditemui mendiang sang ibu dalam mimpi.

"Kala itu mama hadir di mimpi saya, dan meminta untuk melanjutkan bisnis kacang tersebut," ujarnya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk melanjutkan usaha tersebut pada 2016.

"Mungkin di situ rezeki saya," ungkapnya.

Usai menentukan pilihan, Nila langsung tancap gas melakukan promosi melalui media sosial (medsos) seperti Facebook (FB), WhatsApp dan Instagram (IG).

"Saya bagikan flyer ke semua media sosial secara konsisten," kenangnya.

"Pertama-tama agak sepi lantaran peminatnya orang-orang dahulu yang seusia almarhum ibu," sambungnya.

Salah seorang pelanggan melakukan testimoni. Foto-Istimewa

Tak hanya itu, ia bahkan memberanikan diri menggaet Selebriti Instagram (Selebgram) Kalimantan Selatan (Kalsel).

"Salah satunya Aluh Kodak," sebutnya.

Ia menilai berpromosi melalui media sosial sangat penting di era revolusi industri 4.0.

Menurutnya, jangkauan pasar media sosial sangat luas sehingga tak ada batasan antara daerah satu dengan daerah lain.

"Kalau Facebook dan Instagram kan temannya se Indonesia, bahkan mancanegara," jelasnya.

Tak heran jika ia mampu menjual kacang seberat 100-500 kilogram per bulan, dengan menembus pasar Jawa, Sulawesi dan Kalimantan.

"Kalau omzet per bulan itu kurang lebih Rp20 juta. Kecuali bulan Ramadan yang bisa mencapai Rp50 juta. Sehingga per tahun bisa meraup ratusan juta," tutupnya.