Kalsel

Esok, Dinkes Banjarmasin Mulai Bagi-Bagi Masker

apahabar.com, BANJARMASIN – Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pernapasan (ISPA) di Banjarmasin berpotensi meningkat, seiring masifnya kiriman…

Sejumlah lokasi di Kota Banjarmasin mulai terdampak kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Foto diambil pada Selasa (3/9) pagi. Foto-apahabar.com/Rizal Khalqi

apahabar.com, BANJARMASIN – Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pernapasan (ISPA) di Banjarmasin berpotensi meningkat, seiring masifnya kiriman kabut asap.

Kalimantan Selatan sendiri menjadi salah satu provinsi yang berstatus siaga bencana kebakaran hutan dan lahan (Karthula).

Adapun Banjarmasin duduk di peringkat ketiga terbanyak penderita ISPA. Disusul Hipertensi di peringkat pertama dan diabetes kedua.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin, Machli Riyadi mengatakan terus mengawasi sebaran kabut asap dan potensi lonjakan ISPA.

“Ketika sebaran kabut asap tambah parah kami telah menyiapkan pembagian masker gratis. Insyaallah besok (6/9) terlaksana,” ujar Machli, kepada apahabar.com, Kamis.

Rencananya, aksi sosial itu dilakukan pada pukul 06.30. Lokasinya, antara lain di terminal Km 6 Banjarmasin, Simpang 4 Jalan Lambung Mangkurat, dan Simpang 4 Mesjid Hassanudin Madjedi.

Kurang lebih 1.000 masker bakal dibagikan. Sasarannya para pengguna jalan yang kerap bersentuhan langsung oleh kabut asap.

“Acara itu untuk pengurangi ISPA, karena pengaruh kabut asap,” terangnya.

Sekalipun demikian Machli menilai penanganan Karhutla di Banua, sebutan Kalsel, lebih baik dari tahun sebelumnya.

Menurutnya kebakaran lahan gambut tidak terlalu berpengaruh pada peningkatan tren penyakit ISPA saat ini.

“Andai tidak, maka dampaknya ke peningkatan ISPA. Tahun ini bagus, dibanding tahun sebelumnya jauh. Kan dari tren penyakit ke tahunan,” pungkasnya.

Di sisi lain, ketika kebakaran lahan terus terjadi, Machli memprediksi puncak penyakit ISPA terjadi pada Oktober mendatang.

“Alhamdulillah belum ada pengaruh yang signifikan akibat kemarau ini. Mungkin nanti di Oktober,” bebernya.

Adapun BMKG Kalsel sebelumnya memprediksi puncak musim kemarau baru akan terjadi pada Oktober mendatang.

Soal Karhutla, memakai data BPBD Kalsel, luasan lahan yang terbakar sampai 29 Agustus kemarin mencapai 1.858,8 hektar, dengan 747 kasus. Luasan karhutla berpotensi meningkat dari hari ke hari.

Sebab, berdasar laporan Dasarian II Agustus 2019, Kalsel mengalami hari tanpa hujan (HTH) dengan kriteria sangat pendek, yakni 1-5 hari hingga kekeringan ekstrem >60 hari sampai dengan updating data.

Baca Juga:Rumah Mahasiswi Digerebek Warga, 5 Muda-mudi Didapati Sedang 'Kumpul'

Baca Juga:Lewat SAKIP, Pemprov Kalsel Tingkatkan Pelayanan Publik

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Fariz Fadhillah