Es Krim Ragusa

Es Krim Ragusa Jakarta, Hampir Seabad Segarnya Jadi Legenda

Ragusa mempertahankan cita rasa es krim yang otentik dan klasik. Bertahan hampir satu abad tanpa banyak perubahan.

Es Krim Ragusa (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, JAKARTA - Ragusa mempertahankan es krim dengan rasa yang otentik dan klasik. Bertahan hampir satu abad tanpa banyak perubahan.

Es krim adalah salah satu makanan pencuci mulut yang menjadi idola semua kalangan. Terlebih, jika disantap siang hari, rasanya yang manis dan dingin menjadi daya tarik pagi penikmatnya.

Salah satu kedai es krim legendaris yang tak lekang oleh jaman adalah Kedai Es Krim Ragusa.

"Awalnya, Ragusa adalah milik dua orang bersaudara asal Italia  Luigi Ragusa dan Vincenzo Ragusa," kata Hj Sias Mawarni Saputra, Minggu (23/7).

Menurut Sias, dua bersaudara asal Italia itu awalnya hendak belajar taylor (menjahit) jas. 

"Pekerjaannya semula membuatkan jas buat presiden Soekarno," ujarnya bercerita.

Baca Juga: Mencicipi Es Krim Mahkota, Kuliner Legendaris Tersembunyi Sejak 1930

Sias menuturkan, dalam perjalanan belarnya, Luigi dan Vincrnzo bertemu seorang wanita Eropa yang memiliki peternakan sapi dan memberikan banyak susu sapi kepada mereka.

Es Krim Ragusa (Apahabar.com/Arimbihp)

"Susu sapi tersebut dimanfaatkan Luigi dan Vincenzo sebagai bahan untuk membuat es krim Italia yang ternyata banyak disukai," ujarnya.

Kemudian, menurut Sias, dua bersaudara itu mulai menjual es krim di Pasar Gambir atau yang kini populer dengan sebutan Jakarta Fair sejak tahun 1932.

"Kalau buka di pameran, hanya ramai satu tahun sekali, akhirnha Luigi dan Vincenzo membuka kafe di Citadelweg yang kini disebut Jalan Veteran I Nomor 10, Jakarta," ujarnya.

Baca Juga: Es Krim Tradisional Banyuwangi Masih Diminati Pembeli

Seiring berjalannya waktu, Luigi dan Vincenzo tidak sempat untuk mengelola kedai Ragusa.

Oleh sebab itu, Ragusa bersaudara memberikan toko es krim legendaris tersebut kepada salah satu karyawannya bernama Buntoro Kurniawan.

Buntoro adalah salah satu karyawan Ragusa bersaudara yang sudah dikenal semenjak masih lajang hingga menikah dengan Hj Sias.

Pasang Surut Ragusa

Perjalanan Sias dan sang suami mengelola Ragusa juga sempat diterpa badai

"Sewaktu masih menjadi karyawan, 1947, sudah mengalami jumlah penjualan menurun drastis karena banyaknya pelanggan warga negara asing yang pulang ke negaranya lantaran banyak peristiwa berdarah di masa itu," kata Sias.

Meski demikian, Ragusa mampu merangkak naik dan kembali merebut kejayaannya.

Setelah Ragusa dihibahkan kepada suaminya, Sias kembali diterpa badai krisis moneter pada 1998 yang membuat penjualannya kacau bahkan tidak laku.

Sayangnya, masa kabut krisis moneter pada 1998, turut melibas habis cabang Ragusa.

"Kami sempat tutup, banyak penjarahan di mana-mana termasuk mesin es krim saya dijarah. Kalau sekarang, ya berkurang karena pandemi," ujar Sias.

Perempuan yang sedang menyelesaikan studi S3 di Universitas Indonesia (UI) itu menuturkan, saat ini, satu-satunya cabang Ragusa yang bertahan dari dahulu hingga sekarang hanyalah yang berada di Jalan Veteran 1.

Bertahan dengan Citarasa Klasik dan Otentik

Sias menuturkan, dirinya memang sengaja tidak mengubah Ragusa menjadi kedai kekinian. Ia memilih tetap menggunakan bangku, meja dan interior ala jaman dahulu, agar tidak kehilangan ciri khasnya.

Selain itu, Sias mengaku sengaja mendesain kedainya untuk bersantai dan menyantap es krim.

"Jadi pengunjung biar bisa lebih menikmati, bukan bekerja atau hp-an sendiri," tuturnya.

Saat ini, kedai masih memiliki menu es krim dengan harga terjangkau, mulai dari Rp15.000 hingga Rp32.000.

"Kami sejak dulu hanya memiliki rasa dasar, vanila, cokelat, stroberi, dan nugat. Tapi signaturenya es krim spageti," ujarnya.