Relax

Epidemiolog UI: Varian Omicron Cepat Menyebar, Namun Gejala Ringan

apahabar.com, JAKARTA – Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Dr Pandu Riono, MPH, Ph.D., menyatakan bahwa kasus Covid-19…

Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Foto: Net

apahabar.com, JAKARTA – Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Dr Pandu Riono, MPH, Ph.D., menyatakan bahwa kasus Covid-19 varian Omicron memang bisa menyebar dengan cepat namun gejalanya ringan.

Untuk itu masyarakat tidak perlu ke rumah sakit jika dinyatakan positif, baik itu tidak bergejala atau bergejala ringan.

“Masyarakat Indonesia memiliki trauma pada momen gelombang Covid-19 varian Delta yang lalu. Perlu diketahui memang varian Omicron ini penyebarannya cepat, tapi kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah," kata Dr Pandu dalam siaran pers seperti dilansir Antara, Sabtu (5/2).

Karakteristik lonjakan kasus, kata Dr Pandu, sangat dipengaruhi karakteristik varian virus. Selain itu, karakteristik lonjakan kasus juga dipengaruhi oleh jumlah imunitas penduduk.

“Karena itulah masyarakat sering salah persepsi dengan kondisi saat ini seperti kondisi di Juli-Agustus 2021 lalu, padahal sudah jauh berbeda,” katanya.

Sebagian besar penduduk Indonesia hingga Kamis (3/2), sudah mendapatkan vaksinasi yang cukup merata. Catatan vaksinasi nasional, telah lebih dari 185 juta populasi penduduk Indonesia yang mendapat vaksinasi dosis pertama. Sedangkan 129 juta lebih penduduk mendapatkan dosis kedua, serta lebih dari 4,7 juta penduduk sudah mendapat dosis ketiga.

Vaksinasi masih memiliki peran yang besar bagi pencegahan kesakitan dan kematian akibat infeksi virus Covid-19 varian apa saja termasuk Omicron.

Berkaca dari negara-negara lain yang lebih dahulu melewati varian Omicron seperti Afrika Selatan, Inggris, dan India, tingkat keparahan dan tingkat kematian akibat infeksi varian Omicron ini jauh berbeda dengan varian Delta.

“Saya bisa berbicara seperti ini karena melihat pengalaman dari negara lain yang sudah melalui gelombang Omicron. Karakternya cepat naik, cepat turun, dan pasien yang masuk rumah sakit jauh lebih rendah,” kata Dr Pandu.

Pengalaman negara lain yang menurut dia yang mirip dengan studi kasus di Indonesia adalah di India. Ia berharap lonjakan kasus di Indonesia akan mengikuti pola di India di mana turun dengan cepat dan tidak banyak berdampak pada pelayanan rumah sakit maupun kematian. Pemerintah dalam menangani lonjakan kasus kali ini sudah lebih siap.

Kemenkes telah menyediakan pelayanan konsultasi kesehatan jarak jauh (telemedisin) secara gratis bagi pasien isolasi mandiri di rumah. Begitu juga dengan obat-obatan yang diperlukan pasien Isoman juga sudah dipersiapkan dengan gratis.

“Kecemasan yang berlebihan membuat masyarakat minta dirawat di rumah sakit padahal tidak memenuhi syarat untuk dirawat di rumah sakit. Ini yang seakan-akan membuat tempat tidur di rumah sakit tinggi padahal mayoritas di rumah sakit itu pasien bergejala ringan,” kata Dr Pandu.

Ia menegaskan pasien yang statusnya sedang, berat, atau yang punya komorbiditas yang bisa dirawat di rumah sakit.

"Kalau yang tanpa gejala maupun bergejala ringan silakan isolasi mandiri,” kata Dr Pandu.

Selain vaksinasi, salah satu cara bersiap mengurangi dampak penularan Covid-19 varian Omicron adalah juga dengan kembali mengetatkan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan). Kedua cara ini efektif untuk mengurangi dampak buruk tertular Covid-19 yakni kesakitan dan kematian.