Bisnis Pertambangan

Emiten Kiki Barki (HRUM) Aktif Cari Investor Baru di Sektor Nikel

Harum Energy (HRUM) terus jajaki peluang investasi baru, baik di hulu dan hilir sektor nikel.

Kegiatan operasional tambang yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk. (Foto: Pixabay)

apahabar.com, JAKARTA – Harum Energy (HRUM) terus menjajaki peluang investasi baru, baik di hulu dan hilir sektor nikel. Investasi baru Harum Energy di sektor nikel merupakan strategi utama untuk terus mengembangkan kapasitas produksi nikel secara berkelanjutan.

Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara menjelaskan bahwa peluang investasi diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah sektor nikel. "Kami akan terus menjajaki peluang investasi pada tambang bijih nikel baru untuk memperluas sumber daya yang ada," kata Ray pada Senin (9/1).

Pada saat yang sama, HRUM akan bekerja sama untuk mengembangkan kapasitas pengolahan nikel ke sektor hilir demi meningkatkan nilai tambah. Untuk itu, emiten tambang milik konglomerat Kiki Barki PT Harum Energy Tbk. (HRUM) itu tidak akan berhenti dalam mencari peluang investasi.

Baca Juga: Kaltim Bangun 2 Smelter Nikel dengan Total Investasi Rp36,5 Triliun

Pada 2022 lalu, HRUM melalui anak usahanya PT Harum Nickel Industry (HNI) telah mengakuisisi 250.000 saham baru PT Westrong Metal Industry (WMI). Jumlah itu mewakili 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor WMI dengan harga US$75 juta.

WMI sendiri bergerak di bidang pemurnian nikel atau smelter. ”Nantinya, smelter WMI akan memiliki kapasitas produksi tahunan antara 44.000-56.000 ton nikel dalam bentuk feronikel atau nickel pig ore,” ujarnya.

Sebelumnya, di akhir tahun 2021, HRUM diketahui melakukan investasi di PT Infei Metal Industry (IMI) sebanyak US$24,44 juta untuk menambah kepemilikan saham di IMI. Di awal 2021, HRUM juga menggelontorkan US$69 juta untuk mengakuisisi IMI.

Baca Juga: Prospek Industri Nikel di 2023, Peluang dan Tantangannya

Ray menjelaskan, smelter nikel IMI akan beroperasi penuh pada tahun 2023. Adapun smelter WMI baru mulai beroperasi di kuartal keempat tahun ini. Pengoperasiannya dilakukan secara bertahap.

"Kontribusi dari kedua smelter ini terhadap laba perusahaan tahun ini diproyeksikan lebih besar dibandingkan dari tahun 2022, tetapi tergantung kepada harga komoditas yang berlaku," tandasnya.