Eksistensi Ojek Sepeda di Tengah Gempuran Transportasi Online

Namun bagaimana ketika mengetahui bahwa sampai hari ini masih ada segelintir orang yang bekerja menjadi ojek sepeda?

Pelaku Ojek sepeda di Asemka Pak Nachin. (Foto: apahabar.com/Thomas)

apahabar.com, JAKARTA – Melihat ojek motor rasanya sudah sangat biasa, terlebih di tengah maraknya perkembangan ojek online. Namun bagaimana ketika mengetahui bahwa sampai hari ini masih ada segelintir orang yang bekerja sebagai tukang ojek sepeda?

Nachin seorang tukang ojek sepeda di kawasan Asemka, Jakarta Barat, mengungkapkan bahwa dirinya sudah melakukan pekerjaan ini selama 32 tahun. Selama itu juga dirinya berusaha bertahan di tengah cepatnya perubahan teknologi.

“Ya jauh berbeda semenjak ada ojek online. Ya sekarang kalau dapat uang hanya cukup untuk makan 1 hari,” ujarnya kepada apahabar.com, Rabu (2/11).

Baca Juga: Wow! Pedagang Pakaian Bekas di Pasar Senen Sehari Raup Omset Rp1 Juta

Perbedaan yang sangat terlihat adalah dari segi pendapatan. Sebelumnya bisa membawa pulang Rp50.000 sampai Rp100.000 di luar kebutuhan makan. Namun saat ini untuk mendapatkan Rp30.000 sudah sangat sulit.

“Nih kalau tidak percaya sekarang cuma ada Rp30.000, terus buat besok pagi makan dan kopi sudah habis lagi saja,” ucapnya.

Penumpang Sedikit

Dalam sehari jumlah penumpang ojek sepeda paling banyak hanya sekitar lima orang. Sedangkan paling sedikit sekitar dua orang. Sedangkan untuk tarif ojek sepeda tidak bisa dipatok terlalu tinggi.

“Saya tidak mematok harga, kadang-kadang penumpang langsung naik tapi minimal sekali ya Rp10.000,” pungkasnya.

Untuk tujuan pengantaran juga tidak ditentukan, selama dirinya masih merasa tempat tersebut bisa dijangkau maka akan langsung diantar sesuai permintaan.

“Paling jauh sekarang ke Angke, Jembatan Dua, Jembatan Lima sampai Mangga Dua,” imbuhnya.

Baca berita selengkapnya di halaman selanjutnya...

Selama bekerja sebagai tukang ojek sepeda, dirinya terpaksa hanya bisa pulang ke rumah setiap seminggu sekali. Hal itu dikarenakan lokasi rumahnya yang berada di  Kecamatan Sepatan, Kabupaten Tangerang.

“Pokoknya jaraknya seminggu, kalau belum pulang nanti ditelfon sama istri,” jelasnya.

Dirinya mengaku sudah mulai bekerja sejak pukul 4 pagi dan biasanya akan selesai pukul 6 sore. Setelah selesai bekerja dirinya bersama dengan teman ojek sepeda yang lain akan tidur bersama menggunakan alas seadanya yang beratapkan flyover.

“Tadinya di kali besar enak tidur cuma sudah tidak boleh makanya pindah ke sini. Nanti tidur ngemper saja di sini pakai alas,” ucapnya.

Sedangkan untuk kebutuhan lain seperti mandi dan cuci baju, dirinya harus menggunakan kamar mandi umum dengan membayar Rp2.000 untuk setiap kali pemakaian.

Baca Juga: Era TV Digital Dimulai, Kominfo Sebut ASO Gratis Asal Punya 2 Perangkat Ini

Walaupun harus hidup bersusah susah di Jakarta, nyatanya pria berusia 53 tahun tersebut sudah berhasil menghidupi 1 orang istri dan 5 orang anaknya. Mulai dari anak pertama sampai ketiga sudah hidup berkeluarga dan mandiri, sedangkan anak keempat baru saja lulus sekolah dan sudah diterima bekerja.

“Jadi tanggungan tinggal satu yang bungsu karena masih kelas 3 SMP dan baru mau lulus,” ujarnya.

Keberhasilan tersebut hanya berasal dari pekerjaan sebagai seorang ojek sepeda, dan dia akan masih terus melakukan pekerjaan itu selama dirinya masih kuat.

“Pokoknya selama masih bisa saja, tapi istri bilang untuk sabar setidaknya sampai yang paling bungsu lulus sekolah. Baru saya pensiun dan istirahat,” tutupnya.