Megaproyek Food Estate

EKBIS SEPEKAN: Serba-serbi Food Estate, Bualan Gibran hingga Sederet Kegagalan

Sejumlah pemberitaan ekonomi-bisnis (ekbis) dalam sepekan terakhir cukup beragam.

Kondisi lokasi lahan food estate di Kabupaten Gunung Mas, Kalteng. Foto: Walhi Kalteng

apahabar.com, JAKARTA - Sejumlah pemberitaan ekonomi-bisnis (ekbis) dalam sepekan terakhir cukup beragam.

Pekan ini redaksi apahabar.com merangkum sederet berita terpopuler. Khususnya mengenai megaproyek Food Estate yang saat ini digarap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

1. Greenpeace Tuding Gibran Bohong Soal Food Estate Gunung Mas
Desakan penghentian Food Estate meluas seiring temuan kegagalan megaproyek yang diklaim untuk menciptakan kedaulatan dan ketahanan pangan. Foto: Dok. Greenpeace

Cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka mengeklaim Food Estate singkong di Gunung Mas, Kalimantan Tengah berhasil. Klaim itu dibantah Greenpeace Indonesia.

Juru Kampanye Greenpeace Indonesia, Rio Rompas menuding Gibran bohong. "Iya bener. Bener bohongnya," singkat dia kepada apahabar.com, Rabu (24/1)

Gibran dianggap coba menutupi kegagalan Food Estate. Apesnya, yang dijadikan contoh adalah Gunung Mas.

Baca selengkapnya..

2. Petani Muda Semakin Langka, Food Estate Alamat Gagal
Walhi Ungkap Dalang Program Food Estate, Perusahaan Moeldoko Ikut Terseret. Foto: Walhi Kalteng for apahabar.com

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Edi Santosa menyatakan kegagalan food estate adalah imbas dari minimnya jumlah petani muda. Sebab, kurangnya regenerasi petani dan transformasi pertanian yang belum optimal dikarenakan masih minimnya ekosistem bagi para petani muda.

"Kegagalan Food Estate, itu karena tidak berangkat dari kecukupan ekosistem bagi petani muda," katanya kepada apahabar.com, Senin (22/1).

Dia meyakini, kegagalan gambut sejuta hektar tersebut bisa dijawab dengan membuka kesempatan pemuda di Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk sekolah di pertanian. Sehingga mereka akan mandiri membuka Food Estate. Demikian juga di Merauke.

Baca selengkapnya..

3. AMIN Bakal Setop Food Estate, Pakar: Tak Realistis!
Cawapres 01 Muhaimin Iskandar dan Anies Baswedan. Foto Antara

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Edi Santosa menilai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 01 Anies-Muhaimin untuk menghentikan Food Estate dinilai tidak realistis.

Di sisi lain, kata Edi, dengan kondisi saat ini tambahan lahan produksi juga masih diperlukan. Namun, Indonesia saat ini masih berkelit soal buka lahan. Sementara itu, mayoritas negara lainnya sudah selesai dengan urusan buka lahan.

"Luar negeri sebagian besar sudah selesai urusan buka lahan," terang dia kepada apahabar.com, Jumat (26/1).

Baca selengkapnya..

4. Cara Instan Kedaulatan Pangan Itu Bernama Food Estate

Kondisi lokasi lahan food estate di Kabupaten Gunung Mas, Kalteng. Foto: Walhi Kalteng

Guru besar Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Edi Santosa menyoroti mangkraknya Food Estate disebabkan karena pemerintah mau instan untuk menciptakan kedaulatan pangan.

Sementara itu, kata Edi Santosa, tidak ada dana yang secara khusus digelontorkan untuk membuat naskah akademik atau riset di universitas.

"Kalau kita akan ajukan riset terkait Food Estate, enggak ada yang mendanai. Jadi semuanya maunya instan," jelas dia kepada apahabar.com, dikutip Selasa, (23/1).

Baca selengkapnya..

5. [ANALISIS] Tak Cukup Cak Imin-Mahfud Hanya Serang Food Estate
Lahan intensifikasi food estate di Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Foto: Dok Walhi Kalteng

Dua cawapres rival Prabowo-Gibran kompak menyerang megaproyek lumbung pangan atau food estate. Namun semua itu dinilai Walhi tak cukup.

Debat baru saja dimulai, Cawapres 01 Muhaimin Iskandar langsung tancap gas mengkritik megaproyek food estate.

"Food estate terbukti mengabaikan petani kita, meninggalkan masyarakat adat, menghasilkan konflik agraria dan bahkan merusak lingkungan kita," ucapnya.

Baca selengkapnya..

6. Guru Besar IPB Bongkar Sederet Kegagalan Food Estate
Desakan penghentian Food Estate meluas seiring temuan kegagalan megaproyek yang diklaim untuk menciptakan kedaulatan dan ketahanan pangan. Foto: Dok. Greenpeace

Guru besar Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa mengungkap seluruh megaproyek Food Estate yang pernah dikerjakan di Indonesia berakhir kegagalan.

Dwi memaparkan setidaknya hingga saat ini sudah ada sebanyak lima megaproyek Food Estate yang menurutnya gagal.

Apa saja?

Baca selengkapnya..