Kalteng

Efektifkah Penyemprotan Desinfektan? Berikut Kata Ketua PAEI Kalteng

apahabar.com, PALANGKA RAYA — Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran pandemi corona virus…

Ilustrasi petugas menyemprotkan desinfektan. Foto: Reuters

apahabar.com, PALANGKA RAYA — Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran pandemi corona virus disease atau covid-19, dengan menggalakkan penyemprotan cairan disinfektan di beberapa tempat. Tak terkecuali di Kalimantan Tengah.

Tapi sebenarnya seberapa efektif langkah penyemprotan disinfektan guna memutus rantai penyebaran virus corona?

Ketua Gugus Tugas Harian Covid-19 Kalimantan Tengah, H Darliansjah, mengatakan penyemprotan selama ini yang dilakukan sekaligus sosialisasi dan mengedukasi masyarakat.

Selain itu juga mendorong seluruh elemen terutama masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya pencegahan dan mitigasi pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19.

“Penyemprotan dilakukan di tempat pelayanan publik, perkantoran, pasar dan pemukiman padat penduduk. Tempat-tempat tersebut terutama diprioritaskan pada zona-zona merah,”kata Darliansjah, Senin (13/7).

Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah, dr Suyuti Syamsul, mengatakan jika dibandingkan penyemprotan disinfektan, sebenarnya jauh lebih efektif dengan mengusapkan di benda-benda yang sering disentuh manusia.

Kendati, tidak terlalu berpengaruh bisa menekan penyebaran virus. Mengapa penyemprotan disinfektan masih dilakukan?

Sebab kalau mengusap, tentunya tidak bisa menjangkau wilayah yang luas. Selain itu kemungkinan gugus tugas mempunyai pertimbangan masing-masing.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Kalimantan Tengah, Rini Fortina menjelaskan, penyemportan desinfektan, efektif jika dilakukan teratur.

“Jadi ketepatan metode pelaksanaannya yang menentukan bahwa tindakan itu efektif atau tidak,”ujarnya.

Diantaranya membuat perencanaan pelaksanaan seperti memprioritaskan zona merah dulu, kemudian hitung berapa kasus positif di tempat itu. Setelah itu fokus penyemprotan desinfektannya.

Penyemprotan dari zona utama dulu, baru ke zona lebih rendah. Terus berapa kali target penyemprotan.

“Misalnya zona merah 5 kali, zona lain karena untuk pencegahan 2 kali. Terus mesti diulang dalam sebulan berapa kali. Berapa anggarannya,” ucapnya.

Setelah itu dilakukan, apakah kasusnya ada penambahan dalam waktu seminggu atau dua minggu. Ini artinya tidak asal semprot tapi harus dibuat sistematis.

Penyemprotan hanya bersifat membantu dan untuk barang saja. Jikapun dilakukan hendaknya disemprot di rumah warga atau ruangan yang positif.

Memang secara presentase, belum diketahui berapa besar bisa menekan penyebaran, jika dilakukan dengan benar. Tetapi berdasarkan asumsi WHO, tentang pelaksanaan protol kesehatan yang benar.

“Tertular dan tidak tertular berarti diatas 50 persen bisa mencegah/menekan penularan. Paling berhasil kalau protokol kesehatan diterapkan per individu, cuci tangan, pakai masker, jaga jarak dan hindari kerumunan,” imbuhnya.

Editor: Aprianoor