Kapal Raja Bagdad

Dulu Berjaya, 'Raja Bagdad' Kini Bak Titanic di Siring Itik Amuntai

Kapal wisata 'Raja Bagdad' karam di aliran Sungai Negara di Kecamatan Amuntai Tengah, Hulu Sungai Utara (HSU)

Kapal wisata susur sungai 'Raja Bagdad' karam ketika sandar di tepi aliran Sungai Negara di HSU.

apahabar.com, AMUNTAI - Dulu berjaya, kini kapal wisata 'Raja Bagdad' terlihat karam di tepi Siring Itik, Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Minggu (15/1).   

"Mungkin kayunya sudah lapuk, gak kuat lagi dipakai," ujar salah seorang warga Amuntai kepada apahabar.com, pagi tadi.

Baca Juga: Viralnya Kapal ‘Raja Bagdad’ Amuntai: Berlayar Dulu, Izin Kemudian

Kali terakhir, ia melihat kapal wisata yang beroperasi sejak Juli 2022 tersebut beroperasi saat senja kemarin.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: 

Kapal wisata andalan warga Amuntai itu kini karam di tepi siring Itik.

Tampak sebagian besar kapal tenggelam di sungai dengan tali tambang masih terikat ke daratan. 

Baca Juga: Viralnya Kapal ‘Raja Bagdad’ Amuntai: Berlayar Dulu, Izin Kemudian

Baca Juga: Tunggu Alat Keamanan, Operasional Kapal Wisata ‘Raja Bagdad’ Amuntai Dihentikan Sementara

"Ketika saya berada di sekitar Siring Itik, tidak sengaja melihat ke sungai. Ternyata kapal tersebut sudah karam," papar Raiman, salah seorang warga Kebun Sari.

"Sore kemarin masih terlihat beroperasi membawa warga yang menikmati wisata susur sungai," pungkasnya.

Sebelumnya, viralnya ‘Raja Bagdad’ sudah diatensi banyak pihak. Kelaikan kapal wisata susur sungai Siring Itik tersebut jadi persoalan.

Viral di media sosial, makin hari warga kian berbondong-bondong ingin mencoba menaiki kapal yang beroperasi dari Siring Itik ke Alabio. Pasalnya cukup dengan Rp10 ribu, pengunjung bisa menikmati indahnya pemandangan rawa khas Kota Raja.

Puluhan penumpang saat berduyun-duyun menaiki kapal “Raja Bagdad” di Siring Itik, Kabupaten Hulu Sungai Utara.


Sayangnya, kapal yang menjadi destinasi andalan wisata baru HSU tersebut belum dilengkapi life jacket atau baju pelampung yang memadai. Pengelola baru mengandalkan ban bekas sebagai pelampung, jumlahnya pun masih hitungan jari.

Mitigasi risiko jadi persoalan lain. Sungai yang dilewati kapal Raja Bagdad memang terlihat tenang di permukaan. Tapi tidak pada arus bawahnya. Berkaca dari kasus sebelumnya, tak sedikit warga yang tenggelam berakhir fatal.

Tak cuma ukuran bodi kapal yang terlalu besar mengganggu pengguna sungai lain. Terbaru, pemilik Raja Bagdad harus ganti rugi jutaan rupiah ke pengelola kafe Sixdgres karena buritannya menyenggol bagian belakang kafe tepi sungai tersebut.