Nasional

Dosen di Surabaya Janjikan Nilai A Bagi Mahasiswa yang Ikut Unjuk Rasa Tolak UU Omnibus Law Cipta Kerja, Ini Pesannya

apahabar.com, SURABAYA – Demo penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja makin meluas di berbagai daerah, sejak…

Massa aksi tolak omnibus law di Banjarmasin. Foto-apahabar.com/M Riyad Dafhi R

apahabar.com, SURABAYA – Demo penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja makin meluas di berbagai daerah, sejak 5 Oktober hingga 8 Oktober 2020.

Demo menolak UU Omnibus Law, selain kalangan buruh, juga turun mahasiswa berbagai perguruan tinggi yang dimotori BEM dan HMI seluruh Indonesia hingga kalangan pelajar.

Untuk mendorong mahasiswa ikut aksi unjuk rasa menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja, Dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Umar Sholahudin menjanjikan nilai A bagi mahasiswanya.

Umar menulis janji tersebut di dinding media sosial Facebook miliknya. Saat dikonfirmasi, Umar pun membenarkan postingannya tersebut.

“Buat mahasiswa saya yg ikut demo Tolak UU Cilaka bersama buruh tuk mata kuliah Gersos & pembangunan saya kasih nilai A #TolakUUCilaka” tulis Umar dalam beranda Facebooknya, Kamis (8/10/2020).

Umar mengatakan, ada dua alasan mengapa mahasiswa perlu ikut aksi menolak UU Cipta Kerja atau Omnibus Law. Pertama, UU tersebut berdampak bagi para mahasiswa ketika mereka lulus dan mendapatkan kerja.

Baca Juga :
Tenangkan Hati, Polisi Salat Zuhur di Tengah Demo Anti-Omnibus Law Banjarmasin

Baca Juga :
Viral Video Pengunjuk Rasa Tendang Balik Tabung Gas Air Mata ke Arah Polisi : Best Moments is Real! Most Epic Volley

Baca Juga :
Viral Video Detik-detik Puan Maharani Diduga Matikan Mic Irwan Fecho di Paripurna Pengesahan RUU Cipta Kerja

Kedua, ujarnya, turun aksi untuk menyikapi realitas sosial adalah pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa yang merupakan agent of change

“UU Omnibus law tidak hanya berdampak bagi buruh, tapi bagi elemen lainnya termasuk mahasiswa saat nanti dia bekerja. Daripada hanya belajar di kelas atau daring, turun ke jalan menurut saya lebih efektif agar mereka ikut merasakan perjuangan rakyat,” ujar Umar.

Namun, Umar tetap mengingatkan mahasiswanya yang mengikuti aksi untuk tetap mentaati protokol kesehatan. Mengingat aksi tersebut digelar di tengah pandemi Covid-19.

“Menjaga jarak dan memakai masker wajib dilakukan saat aksi turun jalan,” kata dia seperti dilansir dari Republika.co.id.

Berbagai elemen buruh, kalangan mahasiswa, hingga masyarakat di Surabaya menggelar aksi penolakan UU Cipta Kerja di Surabaya, Kamis (8/10/2020).

Aksi tersebut difokuskan di beberapa tiyik. Pemberangkatan dimulai dari Bundaran Waru, Sidoarjo. Kemudian massa aksi melanjutkan ke Gedung Negara Grahadi, Kantor Gubernur, serta DPRD Jatim.

Juru bicara Gerakan Tolak Omnibus Law (Getol) Jawa Timur, Habibus Shalihin mengatakan, pada aksi yang digelar, massa aksi akan menyampaikan mosi tidak percaya kepada DPR RI dan pemerintah yang telah mengesahkan UU yang dianggap bermasalah tersebut. Tuntutan utamanya, kata dia, adalah agar UU Omnibus Law dicabut.

Massa aksi juga mendesak Presiden Joko Widodo segera menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) yang menganulir UU itu. “Kami tetap menuntut pemerintah dan DPR membatalkan Omnibus Law,” kata Umar.

Sementara terjadi unjuk rasa di berbagai daerah dan di Jakarta, Presiden Joko Widodo malah terbang ke Kalimantan Tengah untuk melihat persiapan lahan untuk program ketahanan pangan nasional.

Editor : El Achmad