Kalsel

Diyakini Ada Makam Syekh, Lokasi Kuburan Cina Martapura Bakal Jadi Cagar Budaya

apahabar.com, MARTAPURA – Lokasi pemakaman etnis keturunan Cina di Jalan Tanjung Rema, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar,…

Sejumlah petugas Disbudpar Kabupaten Banjar membersihkan lokasi disekitar kuburan yang diyakini makam Syekh Mahmud bin Latif, tokoh muslim keturunan Cina zaman penjajahan. Foto-apahabar.com/hendra

apahabar.com, MARTAPURA - Lokasi pemakaman etnis keturunan Cina di Jalan Tanjung Rema, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel bakal dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjar.

Di kuburan Cina atau bong Cina, begitu warga sekitar sering menyebutnya, banyak terdapat makam-makam berarsitektur khas Tionghoa berukuran beragam. Bahkan berusia puluhan tahun.

Sekitar makam terlihat banyak ditumbuhi rerumputan, menunjukkan sudah lama tidak dibersihkan.

Menariknya, di dalam lokasi kuburan Cina Tanjung Rema itu terdapat dua makam yang diyakini makamnya orang muslim, berumur ratusan tahun.

Makam N Katung (Siti Aisyah) yang disebut orang kepercayaan Syiekh Mahmud bin Latif, tempatnya berdampingan dengan makam Cina. Foto- apahabar.com/hendra

Satu makam yang dipercaya paling tua bernama Syekh Mahmud bin Latief. Makam itu berukuran paling besar, dengan arsitektur sedikit berbeda dari lainnya. Di depannya terdapat kolam berdiameter kurang lebih 8 meter.

Tak jauh dari makam itu, ada pula satu makam dengan atang-atang ciri khas muslim. Di sana tertulis nama N Katung (Siti Aisyah), lahir 19 April 1811 dan wafat 20 April 1912, umur 101 tahun.

Atas dasar itulah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banjar mewacanakan pemakaman milik Yayasan Perstauan Penolong Kemataian (Perek) Martapura itu dijadikan cagar budaya.

“Kami akan jadikan pemakaman orang Cina ini sebagai salah satu cagar budaya di Kabupaten Banjar. Karena terdapat satu makam orang Cina beragama Islam yang sudah berusia ratusan tahun," ujar Kadisbudpar Banjar HM Haris Rifani kepada apahabar.com, belum lama tadi.

"Berdasarkan informasi yang saya dapat baik di kalangan masyarakat serta pihak yayasan Perek Matapura, usia makam orang Cina beragama Islam ini paling tua se-Kalsel," sambung Haris.

Wacana ini, kata Haris, sudah mendapat restu dari Bupati Banjar KH Khalilurrahman. Lokasi kuburan Cina itu pun dibersihkan secara gotong royong oleh para pegawai Disbudpar Banjar pada Jumat lalu.

"Kami sudah mengirim para peneliti dari ahli cagar budaya termasuk arkeolog dan ahli bahasa, tinggal lagi menunggu hasil dan secepatnya dijadikan cagar budaya,” tutur Haris.

Haris meyakini, makam tersebut adalah orang muslim berdarah Cina, setelah banyak mendapat informasi dari ulama di Kabupaten Banjar.

Hal itu juga, lanjut Haris, didukung dengan ornamen makam, yang diketahui berciri khas pemakaman waega muslim di Cina.

“Bentuk pilar pada dinding makam menyerupai kubah suatu mesjid dengan ukiran bunga mawar kuncup tersebut diyakini sebagai makam Syekh Mahmud bin Latif yang bermarga Tionghoa, dan marupakan salah satu tokoh pemuka agama di masanya,” katanya.

Makam di sebalahnya, yakni makam N Katung ungkap Haris, merupakan makam orang dekatnya Syekh Mahmud bin Latif.

Makam itu terlihat begitu berbeda karena menghadap kiblat dan persis seperti laiknya makam orang muslim di Indonesia. Namun berbeda dengan makam Syekh Mahmud, yang tidak menghadap kiblat.

Yang menarik, dari cerita yang Haris dapat, kedua makam itu masih ada hubungan keluarga dengan Syiekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampayan.Namun, kata Haris, hal ini masih belum bisa dipastikan kebenarannya. Mengingat masih sebatas buah bibir dan belum ada kesaksian yang dapat dibenarkan.

Rencananya pemakaman Cina itu akan perbagusi agar lebih indah, namun tetap menjaga keasliannya.

“Ini untuk menarik wisatawan religi. Serta, kita akan melakukan perbaikan, dari membuatkan gerbang pintu masuk, taman hijau, dan fasilitas lainya agar suasana makam Cina tak lagi terkesan angker. Mudah-mudahan wacana ini dapat terealisasi di tahun ini juga,” pungkasnya.

Untuk diketahui, pemakaman Cina di Tanjung Rema itu merupakan lokasi makam pemindahan Jalan A Yani yang kini beralih fungsi jadi Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Kabupaten Banjar. Pemindahan itu dilakukan pada 20 Juli – 10 Agustus 1975 lalu, dengan total 56 unit makam.

Makam N Katung (Siti Aisyah) yang disebut orang kepercayaan Syiekh Mahmud bin Latif, tempatnya berdampingan dengan makam Cina. Foto- apahabar.com/hendra

Baca Juga:Syekh Nafis Al Banjari, Karyanya Lebih Populer dari Makamnya

Baca Juga:Mengenal Pulau Burung, Destinasi Wisata yang Indah di Pesisir Kalsel

Reporter: Ahc22Editor: Ahmad Zainal Muttaqin