Religi

Diundang ke universitas Al Azhar, Syekh Nawawi Datang dengan Penyamaran

apahabar.com, KAIRO – Syekh Nawawi Al Bantani adalah seorang ulama nusantara bertaraf Internasional. Beliau pernah diundang…

lukisan Syekh Nawawi Al BantaniSumber: istimewa

apahabar.com, KAIRO – Syekh Nawawi Al Bantani adalah seorang ulama nusantara bertaraf Internasional. Beliau pernah diundang untuk menghadiri diskusi panel di Universitas Al Azhar 1970-an. Saat bertandang ke sana, Syekh Nawawi melakukan penyamaran.

Sebagai pengarang kitab yang digunakan secara luas oleh umat Islam saat itu, ulama kelahiran Tanara, Serang Banten 1230 H itu diminta untuk memberikan kuliah dalam diskusi tersebut.

Dalam buku "99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib", KH A. Aziz Masyhuri menceritakan, saat itu Syekh Nawawi ditemani oleh murid setianya, Muhammad Yusuf. Setelah tiba di Universitas Al-Azhar, keduanya istirahat sejanak dan Syekh Nawawi menyuruh muridnya itu menukar pakaiannya untuk mengecoh orang-orang.

Dengan menggunakan pakaian khusus milik gurunya, Muhammad Yusuf tampak seperti seorang alim yang sangat dihormati. Sementara, dengan pakaian khas Jawa milik muridnya Syekh Nawawi tampak begitu sederhana. Kemudian, Syekh Nawawi memerintahkan muridnya untuk berperan menjadi dirinya dan memberikan pidato pembukaan.

Ketika memasuki forum diskusi tersebut, semua orang termasuk para pemuka ulama dengan antusias menyambut Syekh Nawawi palsu dengan mencium tangannya sebagai tanda penghormatan. Sang murid yang menyamar itu pun dipersilakan untuk menempati kursi khusus yang telah dipersiapkan, sedangkan Syekh Nawawi yang sebenarnya tidak ditawari tempat duduk.

Ketika tiba saatnya presentasi, Syekh Nawawi kemudian memberi instruksi kepada muridnya itu untuk menyampaikan pidato pendek. Yusuf pun mengerjakannya dan mengakhiri perkenalannya dengan alasan bahwa kondisinya sedang tidak baik.

Oleh karena itu, Yusuf kemudian meminta kepada Syekh Nawawi yang sedang menyamar menjadi seorang murid untuk berbicara atas namanya. Syekh Nawawi yang asli pun akhirnya naik ke podium dan pidato yang disampaikannya membuat para hadirin terkagum-kagum.

"Masya Allah, muridnya saja begitu bagus, saya tidak bisa membayangkan betapa hebatnya jika seandainya sang guru menyampaikan topik yang sama, pasti lebih hebat," gumam salah seorang pendengarnya.

Kiai Aziz Masyhuri menjelaskan, anekdot di atas memiliki arti besar bahwa meskipun Timur Tengah merupakan pusat transmisi ilmu pengetahuan Islam, tapi anehnya bukan merupakan kiblat yang sesungguhnya dari tradisi pesantren. Dengan kemunculan para sarjana Muslim Indonesia, menurut Kiai Aziz Masyhuri, mereka mampu mengimbangi hegemoni Timur Tengah sebagai pusat transmisi intelektual Islam.

Editor: Muhammad Bulkini