Politik

Diskusi Banua Milineal Fest, dari Indeks Prestasi Pemuda Rendah sampai Ongkos Caleg DPRD Kalsel Rp1,4 Miliar

apahabar.com, BANJARMASIN – Kegiatan diskusi publik yang diselenggarakan Banua Milineal Fest Dewan Pengurus Daerah (DPD) Taruna…

Dialog publik dengan tema “Milineal Political Movement, A Solution or Not?” digelar Banua Milineal Fest Dewan Pengurus Daerah (DPD) Taruna Merah Putih (TMP) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Foto-apahabar.com/Muhammad Robby

apahabar.com, BANJARMASIN – Kegiatan diskusi publik yang diselenggarakan Banua Milineal Fest Dewan Pengurus Daerah (DPD) Taruna Merah Putih (TMP) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan tema “Milineal Political Movement, A Solution or Not?” berjalan dengan sangat cair.

Ada tujuh narasumber dalam kegiatan diskusi tersebut. Ketujuhnya merupakan calon anggota legislatif di semua tingkatan. Diantaranya Fazlur Rahman, Halikin Nor, Stephani, Agus Humaidi, Fransiscus Xaverius Rudi, Muhammad Yusuf dan Nawang Wijayati.

Ada beberapa statement menarik yang dinilai apahabar.com dalam diskusi sore hari itu.

Pertama, datang dari Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kalimantan Selatan yang menyebutkan Indeks Prestasi Pemuda Kalsel berada sebagai juri kunci di tingkat nasional. Tepatnya berada di peringkat ke 33 dari 34 provinsi se-Indonesia.

“Apakah ada yang salah dalam penanganan pemuda di Kalsel,” cetusnya.

Namun, sambung Fazlur, semua tak serta merta pemegang kebijakan. Siapa tahu, katanya, kesalahan tersebut datang dari pemuda itu sendiri.

Baca Juga:Banua Milineal Fest Picu Semangat Pemuda Menjelang Pemilu 2019

Kedua, statement menarik datang dari Fransiscus Xaverius Rudi. Ia mengungkapkan, ongkos politik untuk menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Selatan (Kalsel) mencapai Rp1,4 Miliyar.

Akan tetapi, lanjutnya, untuk meminimalisir perihal tersebut, perlu pendekatan door to door atau via media sosial.

Menarik selanjutnya, datang dari Halikin Nor yang mengatakan bahwa sarana dan prasarana olahraga di Kalimantan Selatan masih minim.

Terakhir, statemen menarik dilontarkan oleh Stephani. Ia menyebutkan bahwa jangan sampai kouta perempuan sebanyak 30 persen di kursi parlemen hanya menjadi perhiasan semata.

Baca Juga:Rp30 Miliar Untuk Pembebasan Lahan Jembatan Sungai Lulut

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif