Kalteng

Disebut Kurang Tenaga, Proyek Food Estate Cukup lewat Intervensi TNI?

apahabar.com, JAKARTA – Ada temuan menarik dalam rapat kerja Kementerian Pertanian dengan DPR RI, Senin (14/9)….

Menteri PUPR menyebut lahan untuk kawasan food estate itidak masuk kawasan gambut. Kontur tanahnya aluvial. Ditargetkan petani bisa panen dua kali dalam setahun. Foto: Istimewa

apahabar.com, JAKARTA – Ada temuan menarik dalam rapat kerja Kementerian Pertanian dengan DPR RI, Senin (14/9).

Wakil rakyat di Senayan memprediksi proyek lumbung pangan atau food estate di Kalimantan Tengah (Kalteng) bakal kekurangan tenaga kerja.

Pasalnya untuk menggarap sekitar 30 ribu hektare lahan pertanian di sana, DPR RI memprediksi tak kurang dari 150 ribu pekerja dibutuhkan.

Jumlah itu dengan estimasi 1 hektare lahan digarap minimal 5 orang. Sedangkan penduduk Kalteng dilaporkan hanya 1 juta jiwa.

“Apakah bisa ditanam sampai 30 ribu hektare? itu banyak loh,” tanya Ketua Komisi IV DPR RI Sudin ke Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (14/9), dilansir Antara.

Belum selesai masalah jumlah, kata dia, keterampilan tenaga kerja menggunakan alat dan mekanisasi pertanian, seperti traktor tangan dan traktor roda empat juga masih tanda tanya.

Dalam enam bulan, para calon tenaga kerja di proyek food estate Kalteng itu sudah mesti memiliki keterampilan menggunakan alat mesin pertanian (alsintan) modern.

Menanggapi itu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meyakini tenaga kerja telah siap. Itu dipenuhi melalui intervensi dari TNI, seperti pelibatan bintara pembina desa, dan pekerja transmigran.

“Kami sudah turunkan ke sana, ada 300 tentara (babinsa) yang sudah terlatih dengan traktor dan ada masyarakat transimgran juga di sana,” jelasnya.

Direktorat Jenderal Prasarana, dan Sarana Pertanian Kementan, sebut dia, telah menyalurkan bantuan traktor roda dua sebanyak 234 unit dengan rincian eksisting sebanyak 84 unit, dan tambahan 150 unit.

Intensifikasi pertanian seluas 30 ribu hektare pada tahun ini diharapnya dapat menyumbang produksi pangan pada akhir 2020 ini.

Mantan gubernur Sulawesi Selatan ini pun optimis megaproyek lumbung pangan itu dapat dimulai akhir tahun depan.

“Pada musim tanam Oktober 2020-Maret 2021 dapat tercapai,” jelas dia.

Editor: Fariz Fadhillah