Nasional

Dirut Sriwijaya Klaim Pesawat Sehat, FAA: Boeing B737-500 Rawan Mati Mesin di Udara!

apahabar.com, JAKARTA – Meski Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena mengklaim pesawat Boeing B737-500 yang…

Ilustrasi Sriwijaya Air. Foto-Istimewa

apahabar.com, JAKARTA – Meski Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena mengklaim pesawat Boeing B737-500 yang diduga jatuh dalam keadaan sehat sebelum lepas landas, tapi
Federal Aviation Administration (FAA) memberikan pandangan lain.

FAA yang merupakan regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat ternyata telah mewanti-mewanti masalah yang ada pada pesawat tersebut, yakni rawan mati mesin di udara!

Peringatan itu disampaikan FAA pada bulan Juli 2020 lalu terhadap 2.000 pesawat Boeing 737 New Generation dan Classic yang diparkir. Demikian dikutip dari detik.com, Minggu (10/1/2020).

Peringatan tersebut ditujukan untuk pesawat yang tidak dioperasikan selama tujuh hari berturut-turut atau lebih.

Mesin pesawat yang tidak dioperasikan berpotensi mengalami korosi pada bagian air valve check.

Jika terjadi korosi, maka bagian itu harus diganti sebelum pesawat terbang. Boeing saat itu langsung meminta operator untuk melakukan inspeksi pesawat.

“Katup rawan korosi jika pesawat diparkir atau jarang digunakan karena berkurangnya jadwal penerbangan selama pandemi COVID-19,” tulis Boeing saat itu.

Pesawat Boeing 737-500 Classic yang dioperasikan Sriwijaya Air jatuh di Kepulauan Seribu Sabtu (9/1/2021). Pesawat sebelumnya dinyatakan telah hilang kontak pada hari ini tanggal 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB.

Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 itu mengangkut 6 awak pesawat. Adapun rincian penumpang dalam penerbangan SJ-182 adalah 40 dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi dan 6 awak Sriwijaya Air.

Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan kronologi kecelakaan pesawat. Pesawat Sriwijaya Air SJY 182 take off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Pontianak pada pukul 14.36 WIB. Pada pukul 14.37 WIB melewati 1700 kaki dan melakukan kontak dengan Jakarta Approach. Pesawat diizinkan naik ke ketinggian 29.000 kaki dengan mengikuti Standard Instrument Departure.

Pukul 14.40 WIB, Jakarta Approach melihat pesawat Sriwijaya Air tidak ke arah 075 derajat melainkan ke Barat Laut (North West), oleh karenanya ditanya oleh ATC untuk melaporkan arah pesawat.

Tidak lama kemudian, dalam hitungan detik, pesawat hilang dari radar. Manajer operasi langsung berkoordinasi dengan Basarnas, bandara tujuan, dan instansi terkait lainnya.

Budi turut prihatin atas kecelakaan pesawat ini. Menhub Budi mengatakan Presiden RI Joko Widodo telah memberikan arahan langsung untuk memaksimalkan upaya pencarian pesawat Sriwijaya Air. Saat ini Kemenhub telah melakukan koordinasi dengan Basarnas, KNKT, TNI-Polri dan instansi terkait lainnya untuk melakukan upaya pencarian.