Kenaikan Harga Beras

Dirut Bulog Akui Ada Karyawan Berjiwa Mafia, Sebabkan Harga Beras Mahal

Dirut Bulog Budi Waseso mengakui adanya karyawan berjiwa mafia di Bulog, sebabkan lonjakan harga beras.

Dirut Perum Bulog Budi Waseso meninjau gudang Bulog di Jalan Gedebage, Kota Bandung. Foto-ANTARA

apahbar.com, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, masyarakat dikejutkan dengan kenaikan harga beras di pasaran. Presiden Joko Widodo sampai mengingatkan Bulog untuk menjaga stabilitas harga beras di 79 wilayah, pasca kenaikan harga tersebut.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengaku tidak mengetahui penyebab tingginya harga beras meskipun Bulog telah melakukan operasi pasar. 

"Bulog menjual beras Rp8.300 per kg, sehingga seharusnya beras tersebut dijual paling mahal ke konsumen sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp9.400," jelas Buwas di kantor pusat Perum Bulog, Jumat (20/1).

Lebih lanjut, Buwas secara blak-blakan menyebut adanya karyawan yang berjiwa mafia di dalam Bulog. Hal itu ditengarai menyebabkan harga beras terus naik beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Masyarakat Mengeluh Beras Mahal, Mendag: Harganya Masih Normal

Mereka, para mafia menjual beras Bulog kepada pedagang dengan harga mahal. Mafia bahkan sengaja menghalang-halangi pedagang membeli beras langsung dari Bulog.

"Sebenarnya saya sudah tahu, dan saya tidak sebodoh itu. Memang ada. Saya ini punya kebijakan atas dasar perintah presiden, kita harus menggelontorkan sebanyak mungkin. Tidak ada monopoli terhadap masalah perberasan," ungkapnya.

Bahkan tak jarang dirinya menemukan adanya praktik kotor permainan beras yang diduga dilakukan oleh oknum karyawan Bulog. Misalnya beras hilang atau penimbunan yang menyebabkan beras rusak dan kembali lagi ke Bulog.

"Contoh kasusnya waktu itu di Sulsel. Beras hilang, makanya saya gak tunggu-tunggu, pecat duluan aja. Sekali lagi, Bulog ini tidak butuh manusia yang tidak memiliki integritas dan komitmen. Kita butuh orang yang tangguh, jangan ikut bermain," tegas Buwas.

Baca Juga: Beras Mahal, Kadin Ingatkan Dampak Disparitas Harga

Secara kebijakan, antisipasi yang dilakukan Bulog untuk menekan laju kenaikan beras tahun ini adalah dengan menggelontorkan 100 ribu ton beras di seluruh Indonesia. Melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), operasi pasar beras dilakukan secara masif.

"Sekarang kita punya beras untuk kepentingan intervensi pasar dan masyarakat, harga murah dan kebutuhan tercukupi. Kita sudah lakukan, tapi saya nggak tahu, begitu banyak yang kita lepas tapi harganya masih tinggi," pungkasnya.