Megaproyek Kalsel

Dijadikan Kampanye Jokowi, Masyarakat Kalsel Butuh Kereta Api?

Gembar-gembor megaproyek kereta api Trans Kalimantan rute Kalsel-Kalteng kembali mencuat dan menjadi perhatian masyarakat luas. Lantas seberapa butuhkah masyara

Investor asal Rusia mengundurkan diri dari megaproyek kereta api Kalimantan. Foto ilustrasi: Merdeka.com

apahabar.com, BANJARMASIN - Gembar-gembor megaproyek kereta api Trans Kalimantan rute Kalsel-Kalteng kembali mencuat dan menjadi perhatian masyarakat luas. Lantas seberapa butuhkah masyarakat Banua akan sarana transportasi massal satu ini?

Sampai hari ini, janji manis Joko Widodo saat berkampanye terbuka di Stadion 17 Mei pada Pilpres 2019 silam masih sekadar pepesan kosong belaka.

Belum ada tanda-tanda megaproyek kereta perdana Kalimantan tersebut bakal terealiasi sekalipun kerap digembar-gemborkan dan Pemprov Kalsel hilir-mudik Jepang guna mencari investor.

Baca Juga: POPULER SEPEKAN: Minus Megaproyek Kalsel, Nelayan Kotabaru sampai Training Center IKN

Teranyar, para stakeholders instansi perhubungan di Kalsel berkumpul di Banjarmasin, baru tadi, untuk menggelar koordinasi perencanaan strategis dan pemetaan agenda mapping pembangunan tahun 2024. 

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kalsel, M Fitri Hernadi tak menampik soal rencana pembangunan rel kereta api pada tahun ini.

Infografis/apahabar.com

Fitri melihat rencana pengembangan jalur kereta api bakal mendorong peralihan penggunaan transportasi pribadi ke angkutan umum di Kalsel.

"Perlu perubahan mindset semua komponen masyarakat. Selama ini penggunaan moda transportasi masyarakat Kalsel cenderung lebih banyak menggunakan transportasi pribadi,” ujarnya.

Baca Juga: Gembar-gembor Kereta Api Kalsel Mencuat Lagi!

Lantas, kembali ke pertanyaan di atas, seberapa butuhkan masyarakat Kalsel akan sarana transportasi serupa kereta api? 

Sebagian pihak beranggapan proyek tersebut kurang realistis, mengingat kebutuhan anggaran proyek kereta api mencapai Rp24 triliun.

Namun Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah, menilai kereta api Trans Kalimantan memang diperlukan jika melihat posisi Kalsel sebagai gerbang atau pintu masuk IKN Nusantara.

"Seiring kepindahan ibu kota, hampir dipastikan penduduk akan semakin padat dam aktivitas di jalan raya meningkat. Praktis moda transportasi untuk mengurai kemacetan akan diperlukan," papar Nasrullah, Minggu malam (26/2).

Pun Nasrullah lebih merekomendasikan pembangunan proyek kereta api daripada membuat jalan tol. Alasannya pembangunan rel kereta api lebih sedikit memerlukan lahan daripada jalan tol.

"Ketimbang jalan tol, kereta api memerlukan space yang lebih sedikit. Seperti di Jawa, warga masih bisa mendirikan rumah di sekitar rel kereta api," tutur Nasrullah.

Baca Juga: Jauh Lebih Murah, Berikut Syarat dan Cara Membeli Tiket Go Show Kereta Api

Sedangkan jalan tol membutuhkan ruang atau lahan yang luas yang kemudian lebih banyak digunakan kendaraan pribadi, "Berbeda dengan kereta api yang bersifat transportasi publik," papar Nasrullah.

Namun lantaran bersifat transportasi publik, dikhawatirkan pengerjaan proyek kereta api berjalan lambat. "Mengingat keperluan publik kerap disepelekan daripada yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha," kritik Nasrullah.

"Makanya para politisi harus bisa memperjuangkan proyek tersebut agar bisa segera teralisasi," tandasnya.