Kalsel

Dewan Banjarmasin Minta Ada Metode Belajar Siswa Kurang Mampu

apahabar.com, BANJARMASIN – Ketua Komisi IV DPRD Banjarmasin Matnor Ali meminta kepada pemerintah kota melalui Dinas…

Ilustrasi sekolah di tengah pandemi. Foto-CNN Indonesia

apahabar.com, BANJARMASIN – Ketua Komisi IV DPRD Banjarmasin Matnor Ali meminta kepada pemerintah kota melalui Dinas Pendidikan Banjarmasin agar dapat memperhatikan siswa-siswi dalam metode belajar dalam kondisi Covid-19. Kebijakan belajar jarak jauh, namun tetap perhatikan terkhusus siswa dari keluarga miskin.

Menurut dia, sebagaimana dalam surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 tahun 2020 dari surat keputusan empat menteri, yakni, Mendikbud, Mendagri, Menkes dan Meneg, bahwa sekolah di daerah zona merah penyebaran Covid-19 diharuskan melaksanakan proses pembelajaran mengajar jarak jauh atau di rumah.

“Banjarmasin masuk zona merah, tentunya melaksanakan aturan itu, namun di masyarakat, banyak keluhan terkait kebijakan belajar jarak jauh ini,” ujar Matnor Ali.

Dikatakan Politisi Golkar ini, Komisi IV ingin mengetahui sejauh mana kendala dalam pelaksanaan belajar jarak jauh, apalagi banyak siswa dari keluarga yang di bawah garis kemiskinan.

“Metode yang baiknya bagaimana bagi mereka yang tidak mampu belajar jarak jauh. Maka harus jadi perhatian betul, agar semua sama mendapat porsi pelajaran yang efektif,” terangnya.

Memang, tutur Matnor Ali, ada tiga metode yang diterapkan dalam proses belajar mengajar jarak jauh ini yang disiapkan Disdik, yakni, secara daring, secara luar jaringan dan modul.

Tentunya, ucap dia, tidak semua anak yang mampu untuk mengikuti proses belajar mengajar secara daring yang lebih umumnya saat ini dilaksanakan, karena tidak memiliki handphone android.

Pihaknya di dewan meminta Disdik untuk melakukan pendataan bagi siswa yang tidak mampu ini, termasuk pemetaan keberadaannya yang memungkinkan untuk belajar bersama dengan yang memiliki handphone android.

“Tapi paling banyak hanya dua siswa, ini untuk menjaga protokol kesehatan agar terhindar dari penularan virus,” papar Matnor Ali.

Jika tidak demikian, kata dia, bisa dilakukan sistem jemput bola, dengan artian mengantar materi tugas ke rumah siswa yang setiap Minggu dilakukan dan dinilai.

“Atau juga sistem modul per bulan dengan target,” ujarnya.

Tapi, kata dia, ini harus diawasi betul agar siswa memang benar-benar belajar, tidak dilepas begitu saja, hingga sampai ada yang mengerjakan.

Menurut dia, masalah yang lain terkait belajar jarak jauh ini adalah biaya pembelian kuota internet yang jadi beban orang tua.

“Memang ada kita pikirkan bersama tadi soal itu, apakah mungkin bisa dibantu lewat APBD atau lewat CSR, namun yang lebih memungkinkan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),” tutupnya.

Editor: Syarif