Demensia Frontotemporal

Demensia Frontotemporal (FTD) yang Diderita Aktor Bruce Willis Memburuk, Kenali Penyebabnya

Demensia Frontotemporal (FTD) yang diderita aktor Bruce Willis semakin memburuk. Ia dikabarkan kehilangan semangat hidup.

Kondisi Bruce Willis Semakin Memburuk, Demensia Frontotemporal Membuatnya Kehilangan Semangat Hidup. Foto: Kolase

apahabar.com, JAKARTA - Demensia Frontotemporal (FTD) yang diderita aktor Bruce Willis semakin memburuk. Ia dikabarkan kehilangan semangat hidup.

Kabar ini disampaikan melalui Glenn Gordon Caron, sang pencipta 'Moonlight'. Ia mengatakan bahwa sang aktor didiagnosis menderita afasia dan demensia frontotemporal yang membuatnya pensiun dari dunia perfilman.

"Semua keterampilan bahasa itu tak lagi ada di dirinya, tapi dia tetaplah Bruce yang ku kenal," kata Caron, melansir NY Post, Rabu (18/10).

Februari lalu, keluarga Willis mengumumkan kabar tersebut bahwa sang aktor yang main dalam film Die Hard ini menginap penyakit yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan.

Apa Itu Demensia Frontotemporal?
Ilustrasi Demensia Frontotemporal. Foto: iStock Photo

Melansir Cleveland Clinic, Rabu (18/10), demensia frontotemporal (FTD) mengacu pada sekelompok penyakit yang melibatkan kerusakan lobus frontal dan temporal otak, yaitu bagian depan dan samping otak yang menyusut dan menghilang.

Hal ini menyebabkan sel-sel saraf di lobus frontal dan temporal otak (bagian depan dan samping otak) menyusut dan menghilang. Sehingga mempengaruhi perilaku, kepribadian, bahasa dan gerakan.

Kondisi ini jarang terjadi namun cukup sering dijumpai. Para ahli memperkirakan hal ini terjadi pada 1,8 juta orang mengidap penyakit ini di seluruh dunia, termasuk Bruce Willis.

Umumnya diawali dengan kesulitan berkomunikasi (afasia) sehingga mengganggu kesehariannya. Serta memiliki gejala fisik seprti gemetar dan kejang-kejang.

Mereka yang mengidap FTD ini juga kerap menunjukkan pribadi yang apatis, impulsif dan terkadang menarik diri dari kehidupan sosial.

Demensia frontotemporal merupakan kondisi yang berkaitan dengan usia, namun dapat terjadi dan tidak menutup kemungkinan terjadi di usai 30-an.

Banyak penderita mulai menunjukkan gejala pada usia 40 hingga 65 tahun. Dan memiliki rentang usia 50 hingga 80 tahun. Serta menyerang tidak mengenal jenis kelamin.

Penyakit ini juga kerap mengalami salah diagnosis, sehingga sering dianggap sebagai gangguan jiwa dan Alzheimer. 

Bagaimana Bisa Terjadi?
Ilustrasi Demensia. Foto: Freepik

Belum diketahui secara pasti penyabab demensia ini namun penyakit ini terjadi. Namun faktor genetik dapat memberikan 40% terhadap sang penderita.

Hal ini terjadi ketika neuron (sel utama pada otak) memburuk dan membuat penumpukan zat protein dalam otak. Seiring waktu, protein ini akan merusak sel-sel tersebut dan salah satu yang berperan dalam kondisi Alzheimer.

Kerusakan protein ini terjadi karena mutasi DNA tertentu, yang dapat diturunkan dalam keluarga.

Selain itu, ada faktor lain yang meningkatkan risikonya, riwayat trauma pada kepala, yang meningkatkan risiko tiga kali lipat, dan tiroid, yang meningkatkan perkembangan hingga 2,5 kali.

Demensia frontotemporal berkembang seiring berjalannya waktu. Tidak ada perawatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Namun beberapa terapi dapat membantu mengatasi gejalanya.

Pada akhirnya memerlukan perawatan penuh waktu, sehingga mungkin membuat lelah pendamping pasien dalam merawat mereka.