Kalsel

Data Diragukan! Kasus Covid-19 Banjarmasin Tembus 4 Ribu Kasus

apahabar.com, BANJARMASIN – Di awal Februari ini, penularan Covid-19 di Banjarmasin dilaporkan melampaui 4.561 kasus. Rinciannya,…

Sampai hari ini, Banjarmasin masih berstatus sebagai wilayah transmisi lokal penyebaran Covid-19. Foto-apahabar.com/Rizal Khalqi

apahabar.com, BANJARMASIN – Di awal Februari ini, penularan Covid-19 di Banjarmasin dilaporkan melampaui 4.561 kasus.

Rinciannya, 318 kasus aktif, 4.080 sembuh, dan 183 meninggal dunia. Dari kasus aktif, saat ini ada 110 warga dilaporkan menjalani isolasi mandiri, dan 208 lainnya di rumah sakit.

“Ya benar,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, Machli Riyadi dihubungi apahabar.com, Senin (1/2) siang.

Sumber: Dinkes Banjarmasin

Meski belum mencapai puncaknya, data tersebut kemudian diragukan oleh epidemiolog atau pakar penyakit menular Kalsel, Dr H IBG Dharma Putra.

Pasalnya, Dharma menyangsikan bahwa Pemkot Banjarmasin telah melakukan upaya tracking atau pelacakan secara maksimal. Seharusnya, kata Dharma, minimal satu warga diperiksa tiap pekan. Dengan estimasi, ratusan warga di-swab dalam sehari.

"Kalau itu tidak tercapai, kita masih meragukan data supplier itu," ucap Dharma.

Menurutnya, terdapat beberapa indikasi yang perlu dikontrol mengingat kasus Covid-19 di Banjarmasin sedang menuju puncaknya. Mulai dari kinerja supplier, pelayanan kesehatan dan peran serta masyarakat.

Dari seluruh indikasi itu, menurutnya bisa dilihat bagaimana cara pemerintah melacak semua kasus dan kontak erat dari pasien Corona.

"Idealnya apa yang kita temukan, sama dengan apa yang ditemukan di masyarakat. Jangan sampai yang kita temukan 1 tapi kenyataan 10 kasus," ujarnya.

Menurutnya kasus yang tidak ditemukan oleh tenaga supplier tersebut jangan sampai menjadi sumber penularan baru Covid-19.

"Supplier yang ideal, menepiskan kesenjangan itu. Jadi apa yang kita temukan sesuai dengan faktanya," ucapnya.

Kemudian, Dharma juga menyoroti pelayanan tenaga kesehatan saat pandemi Covid-19.

Ketika petugas mendapati pasien corona tanpa memiliki gejala, kata dia, sudah semestinya diimbangi dengan tempat karantina. Idealnya di rumah sakit rujukan Covid-19.

Hal itu dilakukan supaya tidak ada lagi pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri tidak standar prokes. Jika demikian, tentu akan menimbulkan penularan baru.

"Kalau itu tidak cukup, berarti kinerja tidak benar," pungkasnya.

Tak hanya itu. Ia juga menilai ketersediaan alat pelindung diri nakes juga belum selaras dengan jumlah pasien Covid-19.

"Jangan sampai petugas ditularkan, dan mereka menularkan ke lain," imbuhnya.