Dampak Revolusi Hijau, Luasan Lahan Kritis di Kalsel Menurun

Sejak digaungkannya revolusi hijau hingga sekarang, lahan kritis di Banua pun berkurang.

Penanaman pohon diklaim turunkan luasan lahan kritis di Kalsel. Foto-apahabar.com/Hasan

apahabar.com, BANJARBARU - Sejak digaungkannya revolusi hijau hingga sekarang, lahan kritis di Kalimantan Selatan (Kalsel) pun berkurang.

Lahan kritis di 2013 silam seluas 640.00 hektare. Kemudian mengalami penurunan di 2018 seluas 511.000 hektare.

Berdasarkan peta dan data lahan kritis nasional tahun 2022, luas lahan kritis di Kalsel seluas 458.478 hektare.

"Hal ini menunjukkan bahwa gerakan revolusi hijau memberikan bukti nyata dalam perbaikan lingkungan," papar Kadsihut Kalsel, Fatimatuzzahra, Kamis (16/3) petang.

Aya--sapan karibnya mengatakan, hingga tahun kemarin, telah dilakukan penanaman seluas 137.243 hektare melalui kegiatan rehabilitasi DAS dan reklamasi oleh PPKH.

"Siang tadi, kami juga telah melakukan penanaman 25.300 bibit pohon di lahan seluas 23 hektare," tuturnya.

Kegiatan ini kata dia, sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan tutupan lahan di Banua.

"Sehingga dapat menghijaukan bumi dan membirukan langit Kalsel," tandasnya.

Sementara, Ketua DPRD Kalsel, Supian HK mengatakan, penanaman pohon di Banua harus terus ditingkatkan.

Menurutnya, penanaman pohon tidak hanya untuk mengurangi lahan kritis. Tapi juga untuk menjaga habitat satwa liar.

"Seperti Bekantan dan satwa liar lainnya," tutur Supian.

Bicara satwa liar, Supian HK juga mengapresiasi langkah yang diambil PT Antang Gunung Meratus (AGM) yang telah menyediakan lahan untuk para satwa liar di Banua.

"Ini sangat bagus, di sana sudah ada 18 ekor Bekantan," katanya.

PT AGM sendiri memang menyediakan lahan untuk para satwa liar dengan luasan lahan 30 hektare dan berada di kawasan Lokbuntar, Kabupaten Tapin.

"Kemarin ada Bekantan yang melahirkan. Jadi sekarang total Bekantan di sana 19 ekor," sahut KTT PT AGM Imam Arifiyanto.