News

Dampak Kenaikan BBM Subsidi, Nelayan Merugi di Setiap Malam

apahabar.com, JAKARTA – Nelayan di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Kamal Jakarta Utara mengaku merugi…

Suasana di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Kamal Jakarta Utara. Foto: apahabar.com/Resti

apahabar.com, JAKARTA - Nelayan di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Kamal Jakarta Utara mengaku merugi sejak harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengalami kenaikan sejak ditetapkan Sabtu, (3/9/2022).

Ambo Intang, nelayan jala tangkap ikan mengeluh jika sudah dua malam ini ia pergi melaut, namun penghasilan dari penangkapan ikan tidak setimpal dengan pengeluaran untuk membeli BBM.

"Sudah dua malam ke laut tidak ketutup ongkos sama sekali malah nombok, padahal sebelum BBM naik kan masihlah istilahnya ada keuntungan," ucap Ambo saat ditemui apahabar.com di TPI Muara Kamal, Minggu (11/9/2022).

Menurut Ambo perbandingan harga BBM pada pengeluaran naik Rp2.000 mengakibatkan pengeluarannya untuk membeli BBM jenis solar naik dari 30 liter menjadi 50 liter per hari.

"Kita berangkat setiap malam kita merugi, di mana saya ambil kerugian itu ongkos biaya tadi malem itu," kata Ambo.

Penderitaan nelayan bukan hanya pada harga, namun pada ketersediaan dan akses untuk membeli bahan bakar jenis solar yang sulit didapakan di pasaran. Nelayan tidak diperbolehkan membeli BBM langsung ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), melainkan harus membeli dari penjual eceran yang mana harganya lebih tinggi lagi.

"Nelayan kecil ini minta izin untuk boleh ambil bensin dari SPBU langsung sesuai pemakaiannya. Tidak usahlah dibatasi. Tidak usah harus ambil sekian-sekian. Supaya nelayan kecil di sini bisa bernafas," terang Ambo.

Senada dengan Umar, nelayan kerang di TPI Muara Kamal mengungkapkan bahwa penghasilan yang ia dapatkan tidak sebanding dengan pengeluarannya untuk membeli BBM.

"Keuntungannya segitu ada si tapi tipis. Kita jualan kerang hijau Rp15 ribu per ember. Kalau dapat sehari ya kadang Rp200 ribu sampai Rp300 ribuan. Kalau kita begini BBM tidak ada turunnya kita sudah parahlah nelayan. Tidak bisa ada harapan," kata Umar.

Menurut Umar, kenaikan BBM tidak wajar untuk nelayan kecil. Penggunaan BBM untuk melaut biasanya cukup dengan pengeluaran Rp50.000 rupiah sampai Rp100.000. Namun, setelah BBM naik ia harus merogoh kantong lebih dalam lagi untuk menjalankan perahunya.

Umar juga mengeluhkan kenaikan BBM yang dibarengi dengan kenaikan harga-harga yang lain mengakibatkan bertambahnya beban dari penghasil hariannya.

"Jadi ini ada nelayan kecil dinaikin semua harga-harga barangnya jangan malah dipersulit begitu. Jadi kalau kita dipersulit begini jadi tidak sesuai dari BBM begitu," jelasnya.

Reporter: Resti