Kalsel

Dahsyatnya Banjir di Satui, Haruyan, hingga Kotabaru: Kerugian Petani Tembus Miliaran Rupiah!

apahabar.com, BANJARMASIN – Banjir bandang saat momen lebaran tahun ini ternyata menimbulkan kerugian materiil yang mendalam…

Sejumlah warga menerobos banjir yang merendam permukiman di Jalan Biduri, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Sabtu (15/5). BPBD Kabupaten Tanah Bumbu mencatat sebanyak 2.126 unit rumah di Kecamatan Satui tersebut terendam banjir setinggi 50 cm hingga dua meter akibat tingginya intensitas curah hujan yang mengakibatkan meluapnya Sungai Satui. Foto: Antara

apahabar.com, BANJARMASIN – Banjir bandang saat momen lebaran tahun ini ternyata menimbulkan kerugian materiil yang mendalam bagi petani Kalimantan Selatan.

Berbeda dengan pemerintah, Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan melaporkan lebih dari 55 hektare sawah terendam banjir Satui.

Ya, air bah menerjang tiga kabupaten sekaligus. Mulai dari Haruyan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Damit Hulu, Kabupaten Tanah Laut hingga Satui, Tanah Bumbu.

Catatan apahabar.com, banjir terhebat melanda Satui. Lebih ratusan rumah, puluhan hektare sawah, hingga jalan provinsi sudah tiga hari terendam. Ribuan jiwa mengungsi.

“Di mana 87 hektare sawah dan lahan pertanian pangan rusak akibat bencana di hari raya Idulfitri tahun ini,” ujar Ketua SPI Kalsel Dwi Putra Kurniawan, Minggu (16/5).

Puluhan hektare sawah yang terdampak banjir tersebar di enam desa. Yakni, Desa Sinar Bulan, Desa Satui Timur, Desa Satui Barat, Desa Jombang dan Desa Sejahtera Mulia.

“Kerugian materi petani dari tempat tinggal dan lahan perkiraan hitungan kami kurang lebih 7 miliar rupiah,” sambung Dwi.

Asumsi tersebut berasal dari kemungkinan banyaknya tanaman warga terancam gagal panen.

“Umumnya tanaman milik petani tak lewat dari ancaman pembusukan jika banjir melewati dua hari,” ujarnya.

Karenanya, negara lewat pemerintah harus sepenuhnya hadir untuk mencegah kerugian petani meluas.

“Petani dan masyarakat masih belum pulih dari trauma bencana yang sama di awal tahun ini. Bahkan program pemerintah daerah maupun perintah pusat berkaitan dengan pascabanjir seperti rehabilitasi fasilitas umum dan lahan pertanian pangan yang rusak belum dilakukan apalagi program pemulihan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Lebih jauh, SPI meminta Badan Pemeriksa Keuangan segera turun mengaudit proyek program revolusi hijau Pemprov Kalsel.

“Kami mendesak pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah konkret dan aksi nyata untuk mengganti kerugian petani pangan yang gagal panen sesuai UU Nomor 41 tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,” ujarnya.

Tak hanya Satui, SPI juga mencatat banjir juga menimbulkan kerugian materiil bagi warga di Haruyan, Kabupaten HST, dan sebagian Pulau Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru.

Untuk di Haruyan, ada sembilan desa terdampak. Yaitu, Desa Haruyan, Haruyan Seberang, Desa Teluk Masjid, Desa Pengambau Hilir Luar, Desa Pengambau Hilir Dalam, Desa Lokbontar hingga Desa Mangunang.

“Di mana 98 hektare sawah dan lahan pertanian pangan ikut terendam,” ujar Dwi.

Untuk di Kotabaru, ada satu desa di Kecamatan Pulau Laut Selatan, yakni Tanjung Seloka. Hujan dengan intensitas normal hingga sedang menggenangi lahan pertanian pangan seluas kurang lebih 35 hektare sejak Jumat 15 Mei.

Sehingga, SPI mencatat dalam periode Januari sampai pertengahan Mei 2021 nyaris seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan mengalami dampak akibat bencana ekologis tersebut.

“Sebuah fenomena bencana yang harus dibenahi mulai dari sumber penyebabnya sampai mitigasi risiko agar Bumi Antasari tetap layak huni dan membawa berkah ekonomi bagi petani,” ujarnya.

Sebelumnya, sampai hari ini, bayang-bayang banjir bahkan masih mengintai warga di Satui, kecamatan yang berjarak 94 kilometer dari Batulicin, ibu kota Tanbu itu.

Pada hari kedua lebaran, luapan air sungai Satui makin menjadi-jadi. Ketinggian air naik drastis.

Kamis 13 Mei, ketinggian air tercatat masih 2 meter. Namun menginjak Jumat siang, tinggi air sudah 3 meter.

Praktis, rumah-rumah warga, sawah, hingga jalan provinsi pun terendam.

Hari kedua lebaran, BPBD mencatat lebih 145 rumah, 55 hektare sawah terendam.

Menginjak Minggu 16 Mei, jumlah pengungsi dilaporkan makin membengkak.

Empat tempat pengungsian saat ini sudah menampung 135 kepala keluarga (KK) atau 338 jiwa.

Jumlah pengungsi bertambah dari hari sebelumnya yang hanya 88 KK atau 242 jiwa.

BMKG memprediksi hujan akan kembali mengguyur Satui sepanjang hari ini.

Kepolisian setempat mengimbau warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Sempat Menolak Dievakuasi, Kakek di Satui Tanbu Ditemukan Tewas