Kalsel

Curhat Sopir Truk Batu Bara Soal Upah Saat Demo Hauling 101 Tapin

apahabar.com, RANTAU – Sempat diguyur hujan dua kali, para sopir truk batu bara curhat mengenai upah…

Aksi massa di Jalan Ahmad Yani, Km 101, Kabupaten Tapin. apahabar.com/sandy

apahabar.com, RANTAU – Sempat diguyur hujan dua kali, para sopir truk batu bara curhat mengenai upah yang mereka terima saat aksi demo di Jalan Hauling, Km 101, Desa Tatakan, Kabupaten Tapin.

Mereka merasa menjadi korban dari berhentinya kegiatan pengiriman batu bara, setelah tidak beroperasinya jalan underpass Tapin Coal Terminal (TCT) sejak 27 November lalu.

“Tolong banar [benar] dibuka jalan, kami sudah dua minggu lebih tidak bekerja. Persediaan di rumah sudah menipis. Anak istri nanti mau makan apa. Kami cuma berharap upah 150 ribu per hari,” keluh Yunus, seorang pekerja kapal tongkang batu bara.

Blokade jalan underpass oleh PT Tapin Terminal Coal (TCT) tersebut merupakan imbas dari sengketa lahan dengan PT Antang Gunung Meratus (AGM).

Pekan lalu, ribuan pekerja terdampak blokade jalan hauling KM 101 sudah melakukan serangkaian aksi damai. Mereka membentangkan surat terbuka kepada Presiden Jokowi, Kapolri dan pejabat pemerintah lainnya.

Aksi unjuk rasa kali ini melibatkan emak-emak istri para sopir. Dimulai dari jalan jauh atau long march ke Jalan Ahmad Yani Km 101.

Mereka kemudian berorasi di depan jalan hauling yang ditutup. Spanduk tuntutan serta protes dibentangkan.

“Tuntutan kami cuma satu, pak. Buka jalan ini supaya kami bisa bekerja lagi,” kata Trubus Santoso, salah seorang orator.

Aspirasi mereka tujukan ke Presiden Jokowi, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, Polda Kalsel hingga pemerintah Kabupaten Tapin.

Trubus bilang pihaknya tidak membela kepentingan perusahaan mana pun dari sengketa dua korporasi. Ia hanya meminta agar dua perusahaan untuk menyelesaikannya tanpa harus mengorbankan pekerja.

“Kami hanya semata-mata ingin memperjuangkan rezeki kami. Kami biasa dalam sehari dapat Rp 400 ribu dari mengangkut batu bara. Sekarang benar-benar menganggur. Ribuan pekerja dan keluarga sedang kesulitan tanpa kepastian,” tegas Trubus.

Sedang H Mahyuddin menyebut semestinya Polda Kalsel paham bakal terjadi implikasi dari penutupan jalan, mengingat berkaitan dengan mata pencaharian warga.

“Tak hanya kami yang jadi korban, tapi juga para mekanik bengkel, pedagang, jasa pencucian truk, dan lainnya,” ujar sopir truk batu bara ini.

Menurutnya, hal tersebut bertolak belakang dengan arahan presiden Jokowi agar ekonomi dan investasi menjadi prioritas utama dalam upaya pemulihan ekonomi akibat Covid-19.

Sulaiman, sopir lainnya belum mendapat pekerjaan sampingan apa pun sejak jalan ditutup. Lantaran susahnya mencari pekerjaan, ia hanya bisa bergantung pada hauling 101 Tapin.

“Kami sangat bergantung hidup dari pertambangan ini saja. Jadi mohon kepada bapak-bapak bisa memahami kepentingan kami untuk bisa bekerja. Selesaikan masalah ke pengadilan jangan rugikan pekerjanya,” kata Sulaiman.

Tak berselang lama usai orasi di depan blokade jalan hauling, massa kembali beranjak ke Jalan Ahmad Yani Km 101 dalam demonstrasi pada Senin (13/12) siang itu. Di atas underpass, mereka menutup jalan nasional dengan permintaan jalan hauling dibuka sekitar 15 menit lamanya hingga menimbulkan kemacetan.