Curah Hujan Tinggi, Produski Sawit di Kalsel Tetap Stabil

Curah hujan yang tinggi di 2022, membuat sejumlah produksi perkebunan mengalami penurunan.

Produksi sawit di Kalsel stabil. Foto-dok.apahabar.com

apahabar.com, BANJARBARU - Curah hujan yang tinggi di 2022, membuat sejumlah produksi perkebunan mengalami penurunan.

Tapi tidak untuk produksi kelapa sawit. Produksi perkebunan ini tetap stabil meski curah hujan tinggi.

"Bahkan mengalami peningkatan dibanding produksi di 2021," papar Suparmi, Kadisbunnak Kalsel, Sabtu (18/2).

Namun, produksi sawit di Februari 2023 mengalami penurunan. Berdasarkan hasil perhitungan harga CPO turun sebesar 1,82 persen dibanding harga di Januari.

"Turun dari Rp11.651,32 menjadi Rp11.439,48," katanya.

Tapi ujar Suparmi, inti sawit mengalami kenaikan sebesar 1,44 persen dari Rp5.098,41 menjadi Rp5.171,90. Sedangkan Nilai Indeks K naik sebesar 1,09 dari 88.43 persen menjadi 89.41 persen.

Harga TBS kelapa sawit periode Januari mengalami penurunan harga rata-rata sebesar 0,43 persen dengan harga terendah pada umur tanaman tiga tahun, Rp1.776,43 dan harga tertinggi Rp2.469,21 pada umur 13 tahun.

Di sisi lain, produksi perkebunan untuk karet mengalami penurunan karena ada penyakit gugur daun, sehingga perlu ditingkatkan manajemen pemeliharaannya.

“Curah hujan yang tinggi memang mempengaruhi jumlah produksi karet. Tapi lebih signifikan karena manajemen pemeliharaan,” jelas Suparmi.

Di tahun ini, Disbunnak Kalsel memprioritaskan program intensifikasi dan diversifikasi tanaman karet dengan inovasi Bang Sibon Berkaret.

Dalam program ini, dilakukan pengembangan perkebunan karet dengan pola jarak tanam ganda dan tumpang sari dengan tanaman pangan.

Kalsel dengan 270 ribu hektare area kebun karet sudah memiliki 229 Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB).