Kalsel

Covid-19 Varian Delta Menguatirkan, Pakar ULM: Tarik Rem Darurat!

apahabar.com, BANJARMASIN – Perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia kian menguatirkan. Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat…

Anggota Tim Pakar Covid-19 ULM menganjurkan pemerintah untuk kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Foto ILUSTRASI: Suara.com

apahabar.com, BANJARMASIN – Perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia kian menguatirkan. Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Hidayatullah Muttaqin menilai tingginya mobilitas penduduk jadi pemicunya.

“Varian Delta dari India atau yang dikenal dengan B.1.617.2 masuk dan meledakkan pandemi di Indonesia melalui celah tingginya mobilitas penduduk, lemahnya testing dan tracing serta menurunnya penerapan protokol kesehatan,” ujar Taqin, dilansir Antara, Jumat (25/6).

Sepekan terakhir kasus konfirmasi Covid-19 melonjak di level 12 ribu hingga 15 ribu penduduk yang terinfeksi. Bahkan kemarin (24/6), sudah menyentuh 20 ribu kasus harian. Ledakan kasus itu diduga akibat pengendalian mobilitas penduduk belum maksimal dan menurunnya testing.

“Saya cenderung melihat penurunan kasus sejak Maret lalu bukan karena keberhasilan PPKM Mikro [pembatasan skala kecil], melainkan akibat turunnya testing dan tracing,” ujarnya.

Indikasinya, kata dia, terlihat dengan semakin rendahnya angka testing dengan PCR hingga setengah dari jumlah testing di bulan Januari dan Februari. Sementara ketaatan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan cenderung lemah.

“Pemicu penyebaran varian Delta karena mobilitas penduduk yang mengabaikan protokol kesehatan,” ujarnya.

Sejak Maret hingga Mei, penurunan kasus dilaporkan berhenti di kisaran 4.000 sampai 5.000 kasus per hari dari sebelumnya 9.000 sampai 10.000 kasus per hari pada Januari dan Februari.

Tingkat penurunan tersebut sesuai dengan level penurunan tes PCR, yaitu dari sekitar 40 ribuan orang di tes PCR tiap harinya menjadi hanya sekitar 20 ribuan orang per hari.

“Terjadi penurunan semu yang justru berbahaya karena membuat penanganan pandemi melemah,” ujarnya,

Sementara kegiatan ekonomi semakin dilonggarkan yang justru mendorong laju mobilitas penduduk. “Sedangkan masyarakat semakin terdorong untuk mengabaikan protokol kesehatan,” ujarnya.

Yang menguatirkan, kata dia, Covid-19 varian Delta justru memiliki daya transmisi virus 30 sampai 100 persen lebih tinggi. Dan, dua kali lebih besar risikonya untuk dirawat di rumah sakit dibanding varian Alpha dari Inggris (B.1.1.7).k

Kunci menghentikan proses reflikasi Covid-19 di wilayah yang sedang meledak dengan menghentikan sementara mobilitas penduduk, testing dan tracing secepat dan sebanyak-banyaknya.

Sementara daerah yang masih rendah tingkat penularannya juga harus mengendalikan mobilitas penduduk dengan menurunkan tensi kegiatan ekonomi dan penerapan protokol kesehatan dengan ketat.

Lebih jauh, dirinya menganjurkan pemerintah kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.

“Pemerintah harus sigap mengambil strategi mitigasi penularan yang lebih besar. Perlunya menerapkan PSBB secara total di pulau Jawa dan pembatasan ketat di luar Jawa,” harapnya.

Pada saat bersamaan proses vaksinasi juga harus terus dipercepat untuk mewujudkan kekebalan komunal di tengah masyarakat.