Kalsel

Covid-19 Merenggut Momen Lebaran Putri, Penyintas asal Pemurus Dalam

apahabar.com, BANJARMASIN – Nasib Putri (27) berputar 180 derajat saat momentum Hari Raya Iduladha 1441 Hijriah….

Nasib Putri, seorang perawat asal Pemurus Dalam berputar 180 derajat saat momentum Hari Raya Iduladha 1441 Hijriah akibat Covid-19. Foto ilustrasi: Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Nasib Putri (27) berputar 180 derajat saat momentum Hari Raya Iduladha 1441 Hijriah.

Otaknya butuh istirahat dan tidak lagi ada notifikasi yang mengarahkannya kepada sebuah pekerjaan.

Keheningan ini telah dirasakannya sepekan belakangan. Terhitung 25 Juli lalu, bungsu dari tiga bersaudara itu terkonfirmasi positif Covid-19.

Tenaga Medis di salah satu puskesmas di Banjarmasin ini terpaksa berdiam diri di dalam kamar rumahnya kawasan, Kecamatan Banjarmasin Selatan.

Tempat tinggal itu didiaminya oleh ketiga anggota keluarga. Beruntung ayah dan kedua saudara tertuanya bisa bebas dari Covid-19.

"3 orang lainnya. Alhamdulillah sehat dan enggak ada gejala sama sekali," ujarnya ketika dihubungi apahabar.com, Jumat (31/7).

Gema takbir Salat Id pagi tadi dirasa agak berbeda. Sebab, ia tak bisa pergi ke masjid atau tanah lapang sekitar rumahnya lagi.

Ibadah setahun sekali itu terpaksa ia tunaikan di dalam kamar kecilnya seorang diri.

Ya, anjuran protokol kesehatan yang diterbitkan pemerintah mengharuskan pasien Covid-19 menjaga jarak dengan masyarakat.

Langkah ini demi memutus geliat penularan Covid-19 di Banjamasin, salah satu daerah transmisi lokal virus menular itu di Kalimantan Selatan.

"Inggih (Iya), Salat Id sendirian di kamar karena saya masih harus jaga jarak dengan anggota keluarga yang lain," pungkasnya.

Tak hanya itu. Infeksi virus Corona di tubuhnya membuat ia tak bisa berkumpul dengan keluarga dan temannya.

"Tempat makan dan makanan juga dikhususkan dan orang rumah yang menyiapkan," ucapnya.

Pemurus Dalam sendiri terkonfirmasi positif 106 kasus Covid-19. Di antaranya 61 sembuh, dan 7 meninggal dunia.

Gara-gara Covid-19 pula, Putri juga merasakan kebosanan yang luar biasa dari aktivitas karantina mandiri.

Aktivitas yang dibatasi dan diwajibkan terus beristirahat menimbulkan rasa jenuh yang mendalam.

Keluar kamar hanya untuk membersihkan diri. Sesekali berjemur ketika pagi hari untuk menyerap vitamin D.

Selain silaturahmi dengan keluarga, dirinya rindu suasana tempatnya bekerja. Terlebih rekan-rekannya.

Beruntung zaman yang kian canggih mengobati rasa rindu kepada para rekannya sesama tenaga medis.

“Keluarga dan teman kantor sering bertemunya melalui jaringan dalam telepon. Misalnya video call (VC) yang disediakan aplikasi whatsApp,” jelasnya.

Komunikasi yang terjalin dalam hubungan telepon dominan memberikan semangat buat kesembuhan Putri.

Keluarga dan teman dekat hampir setiap hari menyampaikan motivasi tersebut.

"Biasanya keluarga yang sering VC. Kalau teman sering chat WA," tutur alumnus SMA 7 Banjarmasin ini.

Lantas bagaimana dirinya terpapar virus Corona?

Ia juga mengaku bingung. Covid-19, kata dia, tidak mengenal waktu dan tempat.

Profesinya sebagai tenaga medis di puskesmas mengharuskannya setia menggunakan alat pelindung diri. APD yang digunakannya terbilang cukup lengkap. Selayaknya petugas medis yang akan melaksanakan tes swab pasien Covid-19. Toh, meski begitu ia tetap juga terjangkit.

"Tiap hari pasti berinteraksi sama pasien. Tapi kalau pasien Covid-19 jarang," pungkasnya.

Belajar dari kondisinya saat ini, Putri menitipkan secuil pesan kepada masyarakat untuk senantiasa displin menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

"Tetap jaga kebersihan dan makanan bergizi agar cepat sembuh dan bisa beraktifitas lagi, jangan lupa jaga jarak, dan setia menggunakan masker," pesannya.

Editor: Fariz Fadhillah