Tak Berkategori

Covid-19 Mengalami Perubahan Genetik, Terdapat 7 Strain

apahabar.com, JAKARTA – GISAID, platform bank data virus influenza di dunia mengidentifikasi terdapat tujuh strain Covid-19….

Oleh Syarif
Ilustrasi Covid-19- Foto-iStockphoto/koto_feja

apahabar.com, JAKARTA - GISAID, platform bank data virus influenza di dunia mengidentifikasi terdapat tujuh strain Covid-19. Banyaknya strain itu menandakan bahwa virus ini mengalami perubahan genetik sejak pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China.

Tujuh strain utama dari virus SARS-CoV-2 yang beredar di seluruh dunia, yakni GR, G, GH, O, S, L, dan V.

Melansir Huffington Post, peneliti dari Universitas Bologna melihat susunan genetik virus untuk menilai bagaimana virus itu menyebar dan bermutasi selama perjalanannya melintasi benua.

Mereka menilai versi asli virus itu adalah jenis L, yang muncul di Wuhan pada Desember lalu. Mutasi pertamanya adalah strain S yang muncul pada awal 2020, dan sejak pertengahan Januari ada dua strain utama, yakni V dan G.

Di seluruh dunia, strain G tampaknya yang paling tersebar luas. Hasil peneliti mengidentifikasi bahwa strain tersebut bermutasi menjadi GR dan GH pada akhir Februari.

Sedangkan strain O mengacu pada strain ‘lain’ dari virus yang juga diawasi oleh para peneliti.

Dilansir apahabar.com dari CNN Indonesia, ahli virologi klinis di Universitas Leicester, Julian Tang mengatakan mutasi virus perlu dipantau karena akan berhubungan dengan efektivitas obat antivirus, seperti remdesivir yang sedang diujicobakan sebagai bahan pengobatan.

Mutasi juga perlu diwaspadai karena terkait dengan keparahan klinis penyakit atau penularannya, serta bagaimana mutasi dapat mempengaruhi efektivitas vaksin.

Tang mengatakan virus corona SARS-CoV-2 bermutasi relatif lambat. Namun, salah satu penulis studi tentang strain virus Federico Giorgi menilai virus corona SARS-CoV-2 sudah dioptimalkan untuk menginfeksi manusia.

Sederhananya, virus sudah sangat bagus dalam menginfeksi manusia sehingga tidak perlu bekerja sekeras itu, misalnya bermutasi menjadi lebih baik dalam hal menginfeksi.

“Ini berarti perawatan yang kami kembangkan, termasuk vaksin, mungkin efektif melawan semua jenis virus,” kata Giorgi.

Tang berpendapat fakta bahwa virus lebih stabil menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 pun cenderung akan tetap stabil dan efektif lebih lama daripada vaksin influenza. Selain itu, mutasi yang lolos dari vaksin, yakni mutasi virus yang kemudian menghentikan kerja vaksin sangat kecil kemungkinannya untuk muncul dalam jangka waktu yang singkat.

Meskipun demikian, Tang menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan lain terkait vaksin yang perlu dipertimbangkan.

“Kami tidak tahu berapa lama kekebalan yang diinduksi oleh vaksin (bahkan jika vaksin bekerja seperti yang diharapkan) benar-benar akan bertahan dan ini akan berbeda antar individu, seperti vaksin flu,” ujar Tang.

Melansir laman resmi, GISAID menyampaikan filogeni memastikan bahwa virus corona SARS-CoV-2 muncul pertama di Wuhan pada bulan November-Desember 2019. Kemudian diikuti penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan yang menyebabkan sampel infeksi.

Meskipun hubungan genetik di antara sampel virus cukup jelas, terdapat ketidakpastian yang cukup besar seputar perkiraan tanggal penularan tertentu dan dalam rekonstruksi penyebaran geografis. Perlu diketahui bahwa pola transmisi simpulan tertentu hanyalah hipotesis.

GISAID berkata ada ribuan genom lengkap yang tersedia sekarang dan jumlahnya meningkat ratusan setiap hari.