Cerita Suram Kudeta Kerajaan Arab Saudi, Libatkan Mohammed bin Salman

Cerita kudeta posisi putra mahkota di Arab Saudi kembali mencuat ke media.

Mohammed bin Salman. Foto via CNBC

apahabar.com, BANJARMASIN - Cerita kudeta posisi putra mahkota di Arab Saudi kembali mencuat ke media. Disebutkan bagaimana Perdana Menteri (PM) dan putra mahkota saat ini Mohammed Bin Salman (MBS) memperingatkan putra mahkota sebelumnya Mohammed Bin Nayef.

Dalam laporan The Guardians, MBS disebut mengancam akan memperkosa seluruh keluarga wanita Nayef bila menghalangi promosinya sebagai pewaris takhta Saudi. Diketahui, Nayef dan MBS merupakan sepupu.

Sebenarnya, Raja Salman mengangkat Nayef menjadi putra mahkota di 2015. Namun, beberapa tahun kemudian ia dipecat dari jabatan itu. Disinilah laporan kudeta muncul. Nayef sendiri sudah lebih dari lima tahun ditahan di lokasi yang tidak dijelaskan.

"Nayef, sekutu dekat dinas intelijen AS, terpaksa mundur sebagai Putra Mahkota Saudi pada 20 Juni 2017. Insiden itu disamakan dengan 'Godfather, ala Saudi'," menurut laporan baru media Inggris itu, Kamis (1/12/2022).

Baca Juga: Viral Video Pemberitahuan Haul Guru Sekumpul Digelar, Cek Faktanya

Menurut sumber, cerita berawal kala Nayef dipanggil ke sebuah pertemuan di istana di Mekkah. Anggota keamanannya diperintahkan untuk menunggu di luar dan semua ponsel disita untuk 'alasan keamanan'.

Pangeran Nayef diantar ke sebuah ruangan, di mana dia ditahan selama berjam-jam oleh Turki Al Sheikh, sekutu dekat MBS. Ia menekan Nayef agar menandatangani surat pengunduran diri dan berjanji setia kepada sepupunya.

Ia awalnya menolak tetapi tunduk pada tekanan setelah ancaman dibuat terhadap keluarganya. Salah satu ancaman adalah bahwa anggota keluarganya yang perempuan akan diperkosa.

Kemudian, sebuah video pun tampak di mana MBS dengan antusias mencium tangan Nayef. Nayef menyebut hal ini terjadi tatkala ada senjata di punggungnya.

Setelahnya, Arab Saudi mengklaim Nayef telah digulingkan karena kecanduan morfin dan kokain. Ia kemudian ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Baca Juga: Pemilik Warung Jablai di Banjarbaru Kena SP 3, Diberi Waktu 30 Hari untuk Bongkar Bangunan

Di 2017, kondisi tahanan rumahnya dilonggarkan namun ia tetap dilarang keluar negeri. Di tahun 2018 dan 2019, ia diberi kebebasan relatif seperti pergi berburu di pedesaan dan tampil di pernikahan dan pemakaman kerajaan.

Namun pada Maret 2020, peruntungan Nayef berbalik lagi. Para pejabat menggerebek retret gurunnya di dekat Riyadh dan menahannya bersama dengan beberapa staf.

"Mantan Putra Mahkota digantung di pergelangan kakinya dan disiksa, membuat kerusakan jangka panjang pada kaki bagian bawah dan pergelangan kakinya. Sekarang menyakitkan baginya untuk berbicara," tulis laporan sumber itu.

Baca Juga: DEMI GENGSI! Kroasia vs Belgia, Pertaruhan Peringkat Dunia

Sumber yang sama mengatakan kepada surat kabar bahwa menjelang akhir tahun 2020, Nayef dipindahkan lagi ke kompleks istana Yamamah, kediaman Raja Salman, di Riyadh. Ia diawasi setiap saat oleh kamera CCTV, dan tidak diperbolehkan meninggalkan unit yang dihuninya.

Pada 2021, para bankir dan pengacara Nayef di Eropa dilaporkan telah menerima permintaan pengiriman uang. Meski asetnya di Saudi disita, Nayef diyakini memiliki properti bernilai miliaran dolar di luar negeri.

Para bankir dan pengacara mengabaikan dan menolak permintaan tersebut dengan alasan permintaan itu kemungkinan besar dibuat di bawah ancaman. Bankir di Swiss mengatakan mereka hanya akan menyetujui permintaan tersebut jika ia mengajukannya secara langsung.

"Alasan utama Nayef ditahan adalah karena putra mahkota salah percaya bahwa dia adalah ancaman bagi suksesi. Selain mengejar uangnya, MBS berusaha mempermalukan Nayef sehingga sama sekali tidak ada ancaman siapa pun yang melihat mantan putra mahkota sebagai alternatif yang layak," tambah sumber itu.