Kalsel

Cerita Penggali Makam Covid-19 Banjarbaru: Demi Kemanusiaan, Rela Tak Pulang

apahabar.com, BANJARBARU – Saat matahari sedang terik-teriknya, Asrani (55) berteduh di bawah pohon-pohon kecil untuk sekadar…

Asrani, penggali makam TPA Cempaka berkata salah satu fase terparah ketika bulan Agustus lalu. Dalam sehari, 6 jenazah Covid-19 sekaligus dimakamkan. Foto-apahabar.com/Riki

apahabar.com, BANJARBARU – Saat matahari sedang terik-teriknya, Asrani (55) berteduh di bawah pohon-pohon kecil untuk sekadar mencuri waktu istirahat usai berjam-jam membersihkan makam.

Asrani adalah petugas kebersihan sekaligus penggali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cempaka milik Pemerintah Kota Banjarbaru.

Kala pandemi, TPU yang berlokasi di Jalan Ujung Murung Kecamatan Cempaka Banjarbaru ini lebih sering digunakan untuk pemakaman jenazah terpapar Covid-19.

Asrani berkata salah satu fase terparah ketika bulan Agustus lalu.

"Sebulan kemarin itu kira-kira sudah 30 jenazah yang dimakamkan di sini. Dan itu cuman covid saja," cerita Asrani kepada apahabar.com, Minggu (5/9).

Bahkan, dalam sehari dirinya pernah memakamkan 6 jenazah Covid-19 sekaligus.

Dengan alasan kemanusiaan, saat itu Asrani rela tak pulang seharian ke rumah dan memilih berkutat dengan liang lahat.

"Padahal rumah dekat saja dari sini (TPU). Tapi gimana mau pulang, hanya beberapa saat istirahat ada lagi datang (jenazah)," ujarnya.

Di TPU Cempaka, Asrani hanya seorang diri menjaga serta membersihkan kawasan makam.

Namun bila ada jenazah, dia menghubungi 3 anak dan seorang menantu untuk meminta bantuan selama prosesi pemakaman.

Asrani menyebut sebelum dirinya ditunjuk sebagai penggali makam jenazah Covid-19, rekan-rekannya tak ada yang berani.

"Tidak ada lagi yang mau (jadi penggali kubur jenazah Covid-19) di sini. Kalau saya tidak menyanggupi, tidak ada yang mau. Kasihan orang meninggal tak ada yang membantu," tuturnya.

Bermodal alat pelindung diri (APD) lengkap, ia bersama 4 anggota keluarganya menguatkan tekad untuk membantu memakamkan jenazah yang terpapar virus menular.

"Saya meyakini umur itu sudah diatur. Lagi pula ini sudah kerjaan sehari-hari. Alhamdulillah sampai sekarang tidak pernah kenapa-kenapa," tambah Asrani.

Menjadi petugas penggali kubur merupakan profesi satu-satunya yang mesti dilakoni Asrani guna menghidupi keluarga.

Untuk pengelolaan kawasan makam, dia digaji Rp 1.150.000 per bulan oleh pemerintah. Sementara, Rp2 juta untuk menggali tiap makam jenazah Covid-19. Ditambah vitamin secara gratis dari pemerintah setempat.

Saat ini, TPU Cempaka sudah diisi lebih dari 150 makam. Perkiraan, lahan pemakaman yang disediakan seluas 3,5 hektare tersebut masih mampu menampung ribuan makam.

Menjadi petugas penggali kubur merupakan profesi satu-satunya yang mesti dilakoni Asrani guna menghidupi keluarga. Foto-apahabar.com/Riki