Tak Berkategori

Cerita Mufty dari Italia: Puasa 18 Jam di Musim Panas

Jika kamu pernah menyerah berpuasa dengan waktu di Indonesia yang hanya menahan diri selama 12 hingga…

Mufty ketika berfoto di lokasi Pompeii – Parco Archeologico. Foto-Dok pribadi

Jika kamu pernah menyerah berpuasa dengan waktu di Indonesia yang hanya menahan diri selama 12 hingga 13 jam, kamu mestinya malu dengan penuturan orang-orang Islam yang berada di luar negeri. Seperti Mahasiswa Indonesia di Italia ini, dia sanggup berpuasa sepanjang 18 jam, di musim panas pula.

AHC09, ITALIA

Ramadhan 1440 Hijriah menjadi tahun kedua bagi Mufty Fuady (28) menjalankan ibadah puasa di negeri orang. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Della Calabria, Italia Selatan ini, memang bukan pertama kalinya berpuasa jauh dari sanak saudara.

Mahasiswa asal Medan Sumatra Utara ini, pernah bertahan sebagai anak kos sehingga ia sudah terbiasa hidup secara mandiri. Sebelumnya, Mufty -panggilan akrabnya-, telah menempuh pendidikan S1 Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin (FISIP ULM). Tidak heran, ia cukup mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Meski begitu, Mufty mengatakan berpuasa di luar negeri memang tidak semudah di Indonesia. Dia harus memutar otak agar dapat bertahan dan mengatasi kendala-kendala yang dihadapinya. Kendala terbesar saat ini adalah bahasa dan iklim.

"Kalau bahasa ya tinggal banyakin praktek ngobrol sama temen-temen yang lain. Terus karena di sini ada 4 musim, yaprepareaja sih. Contoh kalau musim dingin, beli penghangat ruangan atau gunakan pakaian yang tebal saat winter tiba."

Italia sendiri adalah salah satu negara dengan waktu puasa yang lama. Selain iklim yang berubah-ubah, Mufty harus menjalani puasa selama 18 jam lamanya.

"Puasa tahun ini kebetulan masuk musim panas. Untuk waktu imsak pukul 03.15 dan waktu berbuka lewat dari pukul 21.00. Jadi sekitar 18 jam lah."

Untuk urusan makanan, dia mengatakan cukup mudah mendapatkan makanan halal. Apalagi dia tidak sendiri, ada beberapa saudara yang juga kuliah di sana.

"Biasanya masak sendiri sih. Lalu saya juga sering ngumpul sama anak-anak di sini. Intinya rajin nanya-nanya aja."

Berpuasa di Negara yang mayoritasnya non muslim membuat Mufty mengandalkan kecanggihan teknologi untuk membantunya dalam acuan shalat dan puasa.

"Kalau untuk waktu imsak dan berbuka, saya pakai Aplikasi Muslim Pro. Karena memang dari dulu sih, nentuin waktu shalat juga pakai aplikasi. Alhamdulillah ibadah lancar dan sejauh ini belum pernah batal puasa."

"Tipsnya jangan lupa banyak minum aja(saat malam hari) karena di sini lagi musim panas. Kemudian karena jarak berbuka dan sahur hanya 6 jam, jadi jam tidur harus teratur dan jangan lewatkan sahur," tambahnya.

Baca Juga: Cerita Yulida dari London; Beratnya Puasa di Negeri Orang, Kangen Suasana Ramadan di Banua

Baca Juga:Inilah Negara dengan Waktu Puasa Tersingkat dan Terlama Tahun 2019

Menempuh studi di negeri orang memang tidak mudah, tapi beruntung Mufty berhasil masukmelalui jalur beasiswa.

Mufty bersama teman-teman menikmati es krim. Foto-Dok pribadi

"Kemarin masuknya via Unical Admission, yaitu beasiswa dari universitasnya. Awalnya sih cuma dicoverasrama sama makan, tapi sayaapplybeasiswa lagi dari pemerintah Itali, jadi Alhamdulillah semuanya dicover."

Untuk sistem perkuliahan, dia mengatakan tidak jauh berbeda dengan Indonesia.

"Bedanya mungkin di sistem ujian aja sih, ada 4 kali kesempatan ujian setiap tahunnya."

Agar lebih konsentrasi kuliah, dia memang sengaja menunda untuk pulang ke kampung halaman. Untuk mengatasi kerinduan, dia sering mengikuti kegiatan-kegiatan bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).

"Selain kuliah, cuma ikut kegiatan PPI antar wilayah aja sih. Biasanya difasilitasi oleh KBRI."

Kepada timapahabar.com, ia memberikan sedikit tips bagi yang ingin mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri seperti dirinya."Jangan malas untuk cari info danapplybeasiswa sebanyak-banyaknya. Sisanya jangan lupa berdoa."

Baca Juga: Pengajian Ramadan Bersama Guru Zuhdi, Cara Masuk Surga Lebih Cepat dari Bidadari

Baca Juga: Seleksi Masuk Darul Musthofa Sudah Dibuka, Simak Persyaratannya

Editor: Muhammad Bulkini