Kalsel

Cerita Mentili, Bertahan di Ranjang Galam Saat Banjir Kurau dan Bumi Makmur

apahabar.com, PELAIHARI – Sepenggal cerita warga bertahan di tengah banjir besar di Kecamatan Kurau dan Bumi…

Mentili, warga RT 01 Desa Handil Negara dan keluarganya bertahan hidup di atas kayu galam saat banjir melanda Tanah Laut. Foto: Ali Chandra

apahabar.com, PELAIHARI – Sepenggal cerita warga bertahan di tengah banjir besar di Kecamatan Kurau dan Bumi Makmur ini menarik untuk disimak.

Dua pekan lamanya bencana banjir melanda Kecamatan Kurau dan Bumi Makmur Kabupaten Tanah Laut.

Di awal banjir, Mentili, Ketua RT 01 Desa Handil Negara itu tak berpikir untuk meninggalkan rumah. Sementara keluarganya telah mengungsi di rumah keluarga di Bati-Bati.

Biasanya banjir akibat air pasang akan surut dalam 4 sampai 5 hari.

Namun prakiraan kali ini meleset. Air semakin tinggi dan hampir menenggelamkan rumah miliknya.

Kepada apahabar.com, ibu dua anak ini pun bercerita bagaimana ia dan anaknya bisa bertahan hidup di tengah kepungan banjir.

“Saat itu air masih belum dalam baru sebatas di jalan desa, kami masih tenang-tenang saja,” jelasnya.

Namun, hari demi hari air semakin dalam merendam lantai rumah. Sejumlah perabot rumah agar tak basah ditempatkan pada tempat tinggi.

“Seperti lemari bawahnya kami tambah kayu pengganjal, sehingga, atas-nya bisa dimanfaatkan menaruh barang-barang lain,” katanya.

Namun, air pada Minggu (9/1) semakin tinggi. Mencapai 35 sentimeter di dalam rumah.

Akhirnya tempat tidur mereka pun basah. Agar bisa bertahan mereka mencoba bikin ranjang tinggi dengan memanfaatkan kayu galam.

Akhirnya ranjang berukuran 4×4 dengan tinggi 1 meter dari kayu galam menggantung di dinding tiang.

“Atasnya kami hampar tilam dan kami bisa bertahan,” katanya.

Ranjang tersebut mampu menampung 3 sampai 5 orang. Kayu itu umum dipakai warga Kurau di saat air dalam.

Barang-barang juga kata dia lagi, sebagian ditumpuk jadi satu dengan tempat tidur sebab lemari bagian bawah basah.

Bukan hanya untuk tidur, di tempat itu pula dia bisa menjalankan ibadah dan makan.

Di tengah rendaman air, ia masih bisa masak sebab dapurnya juga tinggi. Belum lagi bantuan makan dari dapur umum dibangun pemerintah tiap hari yang diantar tim tanggap darurat, Basarnas, Bpbd, TNI/Polri dan tim relawan.

Cerita yang sama disampaikan Linunsi. Saat musibah banjir ia memilih bertahan bersama anak dan 6 anggota keluarganya walaupun rumahnya terendam cukup dalam.

“Agar tempat istirahat kami tidak basah kami tinggikan kaki ranjang dengan cara disambung,” kata Ketua RT 04 Desa Bumi Harapan itu.

Dirinya mampu bertahan walau pun belum ada tanda surut. “Sembari air pasang ini surut. Alih-alih susut justru mencapai puncaknya pada Kamis (14/1) dan Jumat. Dua kecamatan itu menghilang disapu banjir. Warga pun akhirnya mengungsi total meninggalkan rumah mereka,” ujarnya.