Tak Berkategori

Cerita Korban Diduga Keracunan: Sakit Ulu Hati, Tak Bisa Makan, hingga Muntah-muntah

apahabar.com, BATULICIN – Anas (19), warga Desa Manurung terbaring lemah di RSUD dr. Andi Abdurrahman Noor….

Kepala Desa Manurung, Rahmat, saat menjenguk pasien diduga keracunan makanan di RSUD dr. Andi Abdurrahman Noor. Foto-apahabar.com/Puja Mandela

apahabar.com, BATULICIN – Anas (19), warga Desa Manurung terbaring lemah di RSUD dr. Andi Abdurrahman Noor. Di salah satu ruang perawatan rumah sakit, Anas ditemani oleh ibu, ayah, dan keluarganya.

Anas merupakan satu dari puluhan korban yang diduga keracunan makanan saat mengonsumsi nasi bungkus usai mengikuti pawai tanglong pada malam lebaran, kemarin.

Satu jam usai melahap nasi dengan lauk telur masak merah, ulu hati Anas tiba-tiba sakit. “Tapi, kami tidak curiga. Saat itu penanganannya cuma pakai obat kampung,” ujar Masniah, ibunda Anas, kepada apahabar.com, Jumat (07/06/2019).

Namun, ketika ada anggota keluarganya yang lain juga mengeluhkan hal yang sama, Masniah mulai curiga. Sebab, orang yang mengeluhkan sakit pada ulu hatinya sama-sama mengonsumsi nasi bungkus yang dibagi saat acara pawai tanglong.

Sama seperti Anas, Mariatul Kibtiah juga mengeluhkan sakit pada bagian perutnya. Saat itu, ia susah makan. Kalau pun dipaksa, Matiatul langsung memuntahkan makanannya.

Anak perempuan Kepala Desa Manurung itu pun langsung dibawa ke Puskesmas Perawatan Pagatan oleh ayahnya sendiri.

“Yang pertama kali dibawa ke Puskesmas itu anak saya. Tapi sebelumnya tak ada kecurigaan apa-apa, karena saya mengira penyakitnya magnya kambuh,” kata Kepala Desa Manurung, Rahmat.

Hari ini, RSUD dr. Andi Abdurrahman Noor menerima 29 pasien yang diduga keracunan makanan. Pasien berdatangan sejak pagi hari. Sebagian besar merupakan rujukan dari Puskesmas Perawatan Pagatan.

Menurut Rahmat, tidak semua korban keracunan dibawa ke RSUD Tanah Bumbu. Sebab, sebagian di antaranya masih bisa ditangani di Puskesmas.

Rahmat sendiri berada di RSUD Tanah Bumbu sejak pagi, sembari memastikan semua warga desanya yang sakit dapat ditangani dengan cepat.

Rahmat menceritakan saat malam lebaran, Desa Manurung melalui jemaah Masjid Darul Muslimin atau yang biasa disebut “Masjid Seng” juga berpartisipasi dalam acara pawai tanglong. Di masjid seng itulah, 180 nasi bungkus dari tiga penyumbang dibagikan.

“Nasi bungkus itu juga dibawa keliling. Setelah selesai, baru dimakan di samping rumah dinas Camat Kusan Hilir” kata Rahmat.

Menurut penuturan Rahmat, setelah nasi dimakan, reaksinya cukup beragam dan tidak semua orang langsung mengeluhkan sakit perut.

Ada yang mengeluh sakit pada pagi hari, siang, tapi juga ada yang langsung bereaksi. Sayangnya, tidak semua warga melaporkan apa yang mereka alami karena sebagian besar mengira itu adalah sakit perut biasa.

“Banyak yang mengira itu sakit perut biasa. Setelah banyak yang kena, baru saya mulai curiga.

Seandainya setelah makan ada reaksi, mungkin bisa cepat dicari sampel makanannya dan bisa dicari penyebabnya,” jelas Rahmat.

Agar kejadian serupa tidak terulang kembali, Rahmat meminta warganya untuk lebih berhati-hati dalam membeli bumbu di pasar untuk menghindari produk kadaluarsa.

Ia juga meminta warganya agar memasak dengan teliti. Rahmat juga bersyukur kini anaknya sudah mengalami kemajuan. “Alhamdulillah sudah bisa makan,” katanya.

Usai menerima informasi terkait banyaknya warga yang diduga keracunan makanan, Dinas Kesehatan Tanah Bumbu bersama pihak Kecamatan Kusan Hilir dan Polsek setempat langsung bereaksi cepat.

Kepala Dinas Kesehatan Tanah Bumbu, H. Damrah, mengatakan saat ini masyarakat yang diduga keracunan makanan sudah ditangani dan sedang dalam tahap pemulihan.

“Untuk jumlah korban terdampak tidak ada penambahan. Tim di lapangan juga tetap mencari siapa tahu ada korban yang masih belum melaporkan kondisinya,” tukasnya.

Baca Juga:Puluhan Peserta Pawai Tanglong di Kusan Hilir Diduga Keracunan Makanan

Baca Juga:Keracunan Ayam Kremes, Korban Mencapai 93 Orang

Reporter: Puja Mandela
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin