Ketum PSSI

Cerita Erick Thohir Ada Wasit Kerja Sampingan Dagang Tahu

Ketua umum PSSI Erick Thohir meminta agar semua pihak tidak menyalahkan wasit dalam berbagai kisruh pertandingan sepakbola disemua level kompetisi.

Ketua umum PSSI Erick Thohir saat bertemu dengan wasit Liga 2, Rohadi. FOTO/Dok Erick Thohir

apahabar.com, JAKARTA - Ketua umum PSSI Erick Thohir meminta agar semua pihak tidak menyalahkan wasit dalam berbagai kisruh pertandingan sepakbola di semua level kompetisi.

Eks Presiden Inter Milan tersebut mengungkapkan banyak wasit di Indonesia yang hidupnya belum sejahtera.

Erick mencontohkan seorang wasit Liga 2 Rohadi yang hanya mendapatkan gaji Rp5,5 juta per laga.

Dengan pemasukan seperti itu, Erick melanjutkan, Rohadi hanya lima sampai tujuh kali memimpin pertandingan setiap musimnya.

Baca Juga: Era Erick Thohir, PSSI Bakal Hidupkan Kembali Badan Tim Nasional

“Saya ketemu wasit Liga 2 yang namanya Rohadi, rumahnya kecil. Sehari-hari dagang kembang tahu," jelas Erick di GBK Arena, Sabtu (18/2).

"Per bulan pendapatan Rp200 ribu. Istrinya bekerja sebagai guru PAUD untuk tambahan, gajinya Rp900 ribu per tahun. Ayo kita kasih empati, jangan selalu nyalahin wasit, wasit, dan wasit,” sambungnya.

Erick menegaskan dirinya akan lebih memprioritaskan perbaikan sistem perwasitan, daripada menyanggupi desakan banyak pihak untuk menerapkan teknologi Video Assistant Referee (VAR). 

Baca Juga: Dinginkan Kerusuhan Suporter di Semarang, Ini Langkah Erick Thohir

Oleh sebab itu, Erick memilih memperbaiki taraf kehidupan wasit terlebih dahulu dibandingkan harus menghabiskan dana miliaran rupiah untuk menggunakan VAR. 

“Teknologi tanpa manusianya sama saja bohong. Karena itu, kita akan mendorong perbaikan perwasitan, sistem pertandingan, baru kita hitung-hitungan VAR,” ujarnya. 

Erick memastikan untuk seluruh jajaran Komite Eksekutif (Exco) berkomitmen untuk mengambil keputusan berdasarkan data dan fakta jika ada hal-hal negatif yang terjadi di sepak bola Indonesia.

"Saya mendorong empati. Kami harus mengambil keputusan dengan hati, bukan kekuasaan," pungkasnya.