Kalsel

Cerita Bocah Badut Jalanan Banjarmasin, Demi Smartphone Impian untuk Sekolah Daring

apahabar.com, BANJARMASIN – Demi sebuah impian, Rama (12) terpaksa melakoni peran sebagai bocah badut jalanan. Pelajar…

Bocah badut jalanan Banjarmasin berkeliling mengumpulkan uang demi smartphon impian untu sekolah daring. Foto-apahabar.com/Bahaudin Qusairi

apahabar.com, BANJARMASIN – Demi sebuah impian, Rama (12) terpaksa melakoni peran sebagai bocah badut jalanan.

Pelajar kelas 6 di salah satu sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kota Banjarmasin ini rela banting tulang untuk membeli smartphone impian.

Ketika ditemui apahabar.com, bocah badut jalanan Banjarmasin sedang berkeliling dengan kostum Hello Kitty.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Berada di bawah terik matahari, ia nampak kecapekan dan sesekali membuka topeng badut.

Sama seperti badut jalanan lainnya, tujuannya medapatkan uang dari atraksinya.

Namun, apa yang dilakukan bocah badut jalanan Banjarmasin ini, semata-mata karena ingin punya handphone.

Harapannya handphone itu bisa digunakan untuk belajar online atau sekolah daring di masa pandemi Covid-19 sekarang.

Perjuangan Si Badut Kecil di Banjarmasin dan Cita-citanya Jadi Penghafal Al-Qur’an

"Keinginan sendiri, mengumpulkan uang beli HP untuk keperluan sekolah," ujar Rama ketika dijumpai apahabar.com, Minggu (11/10).

Anak kedua dari tiga bersaudara ini mengakui telah bekerja sebagai badut jalanan di Banjarmasin, sekitar 2 bulanan.

Ia terpaksa melakoni aktivitas tersebut lantaran kondisi perekonomian orang tuanya yang tidak memungkinkan.

Diketahui ayahnya berkerja di Dermaga Banjaraya, dan ibunya hanya menjual kue atau wadai.

Untuk itu, ia tidak mau membebankan keinginan mempunyai smartphone ke orangtuanya.

Tekadnya sangat kuat untuk memiliki smarphone sendiri dari hasil kerja kerasnya.

Hasilnya sekarang uangnya terkumpul Rp 400 Ribu. Jumlah tersebut jauh dari target harga HP yang ingin dibelinya.

"Mencari yang harga sekitar Rp 2 juta untuk kepentingan sekolah daring," ucap Rama.

Selama ini, ia mengatakan proses belajar online atau daring hanya menumpang dengan teman sebayanya. Dari mengerjakan serta mengumpulkan tugas sekolah.

Namun ia tidak memedulikan perkataan orang yang ingin membantu memijamkan HP kepadanya. "Tidak apa apa asal bisa beli HP," imbuhnya.

Disisi lain, Rama berkata meminjam kostum Hello Kitty tersebut dengan pengelola menggunakan sistem bagi hasil.
Apabila memperoleh uang Rp 100 ribu, dirinya hanya mendapatkan seperempat dari itu. "Sisanya untuk yang meminjamkan kostum ini," pungkasnya.