Religi

Ceramah Maulid di KNPI, Ustadz Khairullah Zain Ungkap ‘Tempaan’ Kepemimpinan Para Nabi

apahabar.com, MARTAPURA – Menggembala kambing adalah bagian sejarah hidup para Nabi. Hal itu dimaknai Wakil Ketua…

Wakil Ketua PCNU Kabupaten Banjar, Ustadz Khairullah Zain mengungkap sejarah masa muda para Nabi di peringatan maulid Nabi besar Muhammad SAW yang digelar KNPI Kabupaten Banjar, Selasa (19/11) malam. Foto-istimewa

apahabar.com, MARTAPURA - Menggembala kambing adalah bagian sejarah hidup para Nabi. Hal itu dimaknai Wakil Ketua PCNU Kabupaten Banjar, Ustadz Khairullah Zain sebagai proses tempaan bagi calon pemimpin di masa depan. Berkaca dari sejarah itu, para pemuda harus belajar kepemimpinan sejak dini.

Para Nabi, menurut Ustadz Khairullah, masa mudanya diisi dengan menggembala kambing. Hal ini berdasarkan penjelasan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari atas sebuah hadits riwayat Imam Al-Bukhari.

“Teksnya, Nabi Muhammad mengatakan Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali pernah menggembala kambing. Konteksnya, menurut Ibn Hajar Al-Asqollani dalam Fathul Baari adalah agar terlatih mengatur kambing untuk kemudian mengatur umat. Kontekstualisasinya hari ini adalah belajar kepemimpinan dengan ikut berorganisasi,” kata Ustadz Khairullah dalam ceramahnya di peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan DPD KNPI Banjar di gedung KNPI tersebut pada Selasa (19/11).

“Di Arab jaman dahulu tidak ada organisasi kepemudaan. Yang ada hanya kesukuan. Sementara untuk menjadi pemimpin suku tidak memungkinkan seorang pemuda. Karenanya para pemuda tidak bisa belajar kepemimpinan dan berlatih menjadi pemimpin. Itulah hikmahnya kenapa para Nabi di masa mudanya menggembala kambing. Untuk melatih jiwa kepemimpinan. Dalam hadits, kata yang digunakan ra’a yang artinya adalah memimpin atau menggembala. Pihak yang dipimpin atau digembala nantinya disebut ra’yat atau rakyat,” sambung Ustadz jebolan Ma’had ‘Aly Darussalam ini.

Kendati demikian, Ustadz Khairullah juga menekankan agar para pemuda dalam berorganisasi meneladani masa muda Nabi Muhammad SAW.

“Usia 15 hingga 20 Nabi Muhammad sudah kenal politik. Beliau ikut perang Fijar yang terjadi antara Suku Kinanah dan Quraish berhadapan dengan Qais Ailan dan suku Hawazin. Perang yang meletus akibat adanya yang melanggar kesucian bulan haram. Pasca perang Fijar, beliau ikut rekonsiliasi yang disebut dengan Hilful Fudhul. Peristiwa yang senantiasa dikenang beliau hingga masa menyebarkan risalah,” ungkap Ustadz dengan nama pena Abu Zein Fardany itu.

Bukan hanya itu, kata Ustadz Khairullah, Nabi Muhammad SAW juga pernah menjadi “Problem Solver". Beliau mampu membawa para pemimpin suku keluar dari masalah besar yang hampir saja menimbulkan konflik. Yaitu ketika peristiwa renovasi Ka'bah, di mana para kepala suku bersitegang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempat semula di salah satu sudut Ka’bah

“Dengan bijak, Nabi Muhammad SAW meletakkan Hajar Aswad di selembar kain dan meminta semua kepala suku bersama-sama mengangkat kain tersebut. Padahal bisa saja andai beliau sendiri yang mengangkatnya,” jelasnya.

Peristiwa yang terjadi saat Nabi berusia 35 tahun ini jadi pelajaran bagi kita bila diangkat sebagai pemimpin, jangan hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan. Tapi bagaimana supaya semua pihak merasa dilibatkan. Jangan hanya dikuasai oleh satu kelompok saja.

“Usia 38 hingga 40 Nabi Muhammad SAW banyak melakukan perenungan. Hingga kemudian beliau mendapat wahyu dan diperintahkan untuk memimpin umat. Menjadi Agen of Change bagi semua umat. Bukan hanya kelompok atau golongannya saja,” kata ustadz.

Namun, dijelaskan ustadz Khairullah Zain sembari mengutip ayat 21 surah Al-Ahzab, seseorang tidak akan menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan yang baik untuk diikuti kecuali dia ikhlas hanya mengharap ridha Allah dan balasan di akhirat. Karenanya, para aktivis pemuda hendaknya meluruskan niat dalam berorganisasi.

“Mari kita rekonstruksi atau bahkan dekonstruksi niat kita dalam berorganisasi. Karena setiap amal hanya akan dinilai dari niatnya,” katanya sembari mengutip hadits tentang niat.

Dalam acara yang dihadiri para pengurus berbagai organisasi kepemudaan tersebut, Ketua DPD KNPI Kabupaten Banjar Muhammad Khairil Anwar mengatakan, bahwa dari materi yang disampaikan tergambar bagaimana sosok Rasulullah di masa muda sebagai teladan, memberikan yang terbaik, tidak hanya terpaku pada situasi yang ada, tapi mampu keluar memberikan solusi dan mengatasi masalah.

"Ini harus diteladani pada pemuda, bagaimana menjadi mediator konflik, bagaimana mampu mengarahkan umat, membangun citra diri sebagai Al-Amin yang mampu menjalankan amanah," kata Khairil

Khairil berharap, para pemuda bisa mengambil hikmah dari keteladanan tersebut.

Ketua PC PMII Martapura, Toniansyah yang hadir dalam acara tersebut mengomentari isi ceramah Ustadz Khairullah.

"Poin-poin yang disampaikan penceramah sangat membangun spirit dan memotivasi kaum muda," ujarnya.

Dia mengaku akan berusaha mengaplikasikannya baik dalam pribadi maupun berorganisasi.

Baca Juga:Ceramah Maulid di Banjarmasin, Abu Zein Fardany Tekankan Mutabaah Batiniah

Baca Juga:Ceramah di UIN Antasari, Ustadz Khairullah Zain Makin Diminati Kalangan Akademis

Editor: Muhammad Bulkini