Kalsel

Cegah Pembajakan, Batola Patenkan Tiga Varietas Beras

apahabar.com, MARABAHAN – Sudah turun-temurun ditanam, Barito Kuala (Batola) resmi mematenkan tiga varietas beras lokal unggulan…

Meski produktivitas sulit dinaikkan, siam mayang dan varietas beras lokal dari Barito Kuala sudah memiliki harga dan pasar tersendiri. Foto-Istimewa

apahabar.com, MARABAHAN – Sudah turun-temurun ditanam, Barito Kuala (Batola) resmi mematenkan tiga varietas beras lokal unggulan melalui mekanisme Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).

Ketiga varietas yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tersebut adalah siam unus, karang dukuh dan siam mayang Batola.

Hak PVT ketiga varietas beras ini pun diwujudkan melalui sertifikat yang diterbitkan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian.

“Ketiga varietas tersebut tergolong sebagai plasma nutfah, mempunyai ciri khas dan nilai ekonomis, sehingga perlu dilindungi,” papar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Batola, Murniati, Senin (27/7).

Seiring kepemilikan hak perlindungan, Batola dapat melindungi ketiga jenis beras itu dari pembajakan varietas oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Dengan demikian, pihak lain tidak bisa sembarangan menggunakan varietas tersebut untuk penelitian perbenihan,” tegas Murniati.

“Di sisi lain, pengakuan dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian membuat Batola berkewajiban melindungi dan mengembangkan varietas tersebut,” sambungnya.

Ketiga varietas yang mampu beradaptasi di lahan pasang surut tersebut, pertama kali dikembangkan di dua kecamatan berbeda secara turun-temurun.

Desa Beringin Jaya, Kecamatan Anjir Muara, dikenal pertama kali mengembangkan siam unus. Sedangkan karang dukuh dan siam mayang, dikembangkan di Desa Danda Jaya Kecamatan Rantau Badauh.

Umur panen ketiga varietas tersebut antara 240 sampai 255 hari dengan jumlah malai antara 202 hingga 234.

Ciri khas gabah ketiga varietas itu berbentuk ramping. Kebanyakan siam mayang berwarna kuning terang, sedangkan siam unus dan karang dukuh cenderung kuning pucat.

“Memang produktivitas ketiga varietas ini masih di bawah benih unggul lain. Namun demikian, harga jual ketiga varietas itu masih lebih tinggi dibandingkan padi lokal lain,” beber Murniati.

Pun kebanyakan warga Kalimantan Selatan kurang menggemari beras pulen. Mereka lebih menyukai beras pera yang menjadi ciri lain siam unus, siam mayang dan karang dukuh ketika disajikan.

Menukil hasil penelitian Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST), beras pera lebih mudah dicerna tubuh dan tidak menyebabkan penumpukan dalam perut.

Selain konsumsi harian, beras pera juga dapat dibuat menjadi tepung beras yang baik dikonsumsi untuk penderita gluten-intolerant, karena tidak terlalu banyak mengandung gluten.

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin