Kalsel

Cegah Omicron, Pakar ULM: Perlambat Mobilitas Penduduk

apahabar.com, BANJARMASIN – Januari, laju kenaikan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia sedang tinggi-tingginya. Laju kasus pada…

Dokumentasi kerumunan saat pembukaan perdana kawasan Pulau Bromo Banjarmasin. Foto: apahabar/Riki

apahabar.com, BANJARMASIN – Januari, laju kenaikan kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia sedang tinggi-tingginya.

Laju kasus pada pekan kedua, 10-16 Januari (Senin-Ahad) sebesar 4.764 kasus, naik 3,4 kali lipat kejadian di minggu terakhir akhir tahun 2021.

Artinya, dalam periode 4 hari terakhir (17-20 Januari) kasus konfirmasi nasional sebesar 4.935, lebih tinggi dari kasus di pekan kedua.

Anggota Tim Pakar Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin melihat lonjakan kasus tidak lepas dari telah masuk dan menyebarnya varian Omicron di Indonesia.

Sebagai pengingat, kasus pertama ditemukan pada 15 Desember yang menimpa seorang pekerja di Wisma Atlet Jakarta.

Hasil penelusuran Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus tersebut berasal dari WNI yang baru tiba di Tanah Air pada 27 November setelah melakukan perjalanan dari Nigeria.

Sumber data: Kementerian Kesehatan RI

Berdasarkan database GISAID, per 22 Januari pukul 03.50 UTC, jumlah kasus yang terdeteksi sebagai varian Omicron di Indonesia sudah mencapai 1.255 kasus.

“Jika pada bulan Desember kasus Omicron di Indonesia didominasi kasus impor, maka sekarang penularan lebih banyak dari transmisi lokal,” ujar Taqin.

Berdasarkan data Cov-Spectrum.org, kasus Omicron masih terkonsentrasi di Jakarta tetapi sudah menyebar ke Jawa dan luar Jawa.

Dari sisi kelompok umur, kasus varian Omicron didominasi penduduk umur produktif dan berusia muda.

Namun kasus pada anak-anak dan remaja juga terjadi dengan proporsi 11% sedang penduduk berusia 50 tahun ke atas sebanyak 14%.

“Situasi ini menuntut langkah kita untuk membentengi masyarakat dengan prokes ketat, 3T, dan vaksinasi. Mobilitas penduduk perlu diperlambat, aturan WFH diterapkan kembali, PTM ditinjau ulang dan persyaratan perjalanan udara diperketat,” ujar dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, ULM ini.

Belasan Siswa Terpapar Covid-19, Kadinkes Banjarmasin: Bukan Omicron