Mencari Polisi Baik

Catatan Senator: Habib Banua Beri Skor 7,5 untuk Polri

Wakil Ketua Komite Hukum DPD RI, Abdurrahman Bahasyim (Habib Banua) juga bersuara. Ia turut menyoroti kinerja Polri saat ini. 

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo makan siang bersama, seusai memeriksa kesiapan personel yang terlibat pengamanan KTT G20 di Bali. Foto: Humas Polri

apahabar.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komite Hukum DPD RI, Abdurrahman Bahasyim (Habib Banua) juga bersuara. Ia turut menyoroti kinerja Polri saat ini. 

Kata dia, Polri adalah elemen penting dalam berjalannya suatu negara. Karena itu, wajib untuk terus berbenah.

"Instansi kepolisian, bagaimanapun sangat diperlukan di suatu negara. Karena jika tidak ada polisi, negara pasti akan kacau," katanya kepada apahabar.com.

Baca Juga: Benny Susetyo Skor 7 untuk Polri: Jangan Seperti 'Hantu'

Bermunculannya peristiwa kriminal yang didalangi oleh polisi nakal. Tentu tidak semua. Tapi tengok saja kasus Ferdy Sambo dan Teddy Minahasa. Ia menilai hanyalah sebuah gunung es.

"Ini sangat menyita perhatian masyarakat. Masih banyak kasus-kasus lain yang tidak tersorot," ucap senator asal Kalimantan Selatan itu.

"Hendaknya ini bisa jadi catatan agar lembaga kepolisian untuk terus melakukan perbaikan kinerja," lanjut dia.

Masalanya, ini tak sepele. Jika lembaga kepolisian terus begini, yang jadi korban adalah masyarakat. Termasuk juga institusi Polri. 

Karena, percaya atau tidak, masih banyak polisi yang baik di sana. Hanya saja tak terdeteksi. Mereka terlalu sibuk mengayomi masyarakat. Sampai-sampai lupa pamer perbuatan baik.

Baca Juga: Skor '9' dari Castro untuk Polri di HUT Bhayangkara 77

"Ke mana masyarakat harus mengadu? Citra lembaga ini harus menjadi atensi oleh pihak kepolisian itu sendiri. Sehingga, jargon polisi sebagai pelayan itu bisa benar-benar dirasakan," paparnya.

Di bagian ini, Habib menekankan, Polri harus betul-betul bisa menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi. Jangan sampai terkesan tumpul ke atas dan tajam ke bawah.

Apalagi sampai dijadikan alat untuk menghancurkan orang lain. Memalukan.

"Jangan sampai kalah dengan finansial atau jadi alat untuk menghancurkan, menghantam musuh-musuh para penguasa," sentilnya.

Habib yakin, Polri bisa lebih baik. Bahkan melebihi Hoegeng. Asalkan mau dan serius. Setidaknya meneladani Kapolri kelima itu.

"Jika semua orang merasakan keadilan, maka rasa aman dan ketertiban itu akan tercipta," imbuhnya.

Sekali lagi, Habib menyebut Hoegeng. Kapolri periode 1968 hingga 1971 itu adalah polisi tegas. Tak pandang bulu. Ia juga amanah dalam menegakkan hukum.

Yang lebih mengesankan, kata dia, adalah gayanya yang serba sederhana. Menolak untuk hidup dalam gelimangan harta.

"Begitulah mestinya polisi sekarang. Sosok Pak Hoegeng kiranya bisa jadi contoh bagi para polisi dan kelurganya," tuturnya.

Lalu, berapakah skor dari 1-10 untuk kinerja Polri saat ini? Menurut Habib, 7,5. Kata dia, masih banyak yang perlu dibenahi oleh lembaga penegak hukum itu.

"Tapi, kekurangan-kekurangan ini sedianya adalah tugas bersama untuk melakukan pembenahan. Demi instansi kepolisian yang lebih baik," tandasnya.